News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tokoh Senior NU Dukung Jenderal Dudung Jaga Persatuan dan Rekatkan Anak Bangsa

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman bersama jajaran saat konferensi pers di Mabes TNI AD di Jakarta, Rabu (11/5/2022).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Upaya Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman merekatkan kembali tokoh lintas agama dan anak bangsa menuai dukungan dan apresiasi.

Mantan Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Marsudi Syuhud mengatakan, upaya Jenderal Didudung tersebut merupakan perbuatan amal saleh, dan perlu didukung.

“Ketika pak Dudung berusaha untuk (menyatukan tokoh lintas agama dan anak bangsa) itu ya saya setuju dan saya mendukung,” ujar Marsudi, dalam keterangannya, pada Rabu (8/6/2022).

Pendapat Marsudi ini terkait perihal upaya Jenderal Dudung yang mencoba menyatukan tokoh lintas agama dan semua elemen anak bangsa.

Baca juga: Jenderal Dudung Berdialog dengan Tokoh-tokoh Lintas Agama dari PGI, KUPI hingga GPIB

Dudung sebelumnya sudah membangun silaturahmi dengan kiyai-kiyai di sejumlah pesantren. Selain itu, Dudung juga mengunjungi Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI).

Menurut Marsudi, sebagai anak bangsa Jenderal Dudung memang berhak dan memiliki kewajiban menjaga keberagaman dan persatuan bangsa

“Karena kita sudah diikat dengan tali Mu’ahadah Wathaniyah, negara kebangsaan, musyawarah mufakat untuk menyatukan diri dari perbedaan-perbedaan yang ada,” katanya.

Sebab, lanjut dia, anak bangsa Indonesia beraneka ragam, termasuk dalam hal agama. Keaneka ragamanan ini harus dijunjung tinggi. Marsudi kemudian mencontohkan keaneka ragaman Indonesia dengan Negara Madinah pada saat dipimpinan Nabi Muhammad SAW.

“Di Madina itu ada anak bangsa, ketika itu ada yang Nasrani, Yahudi, Majusi, dan Islam. Islam ada (kaum) Muhajirin dan Ansor. Semua anak bangsa itu termasuk suku-sukunya dan qobail-qobailnya itu disatukan dengan perjanjian Madinah,” tuturnya.

Menurut Marsudi, perjanjian Madinah tersebut adalah terkait kesepakatan hidup bersama, rukun dan harmonis kendati berbeda-beda keyakinan.

“Berang siapa yang yang sepakat sependapat untuk bersama-bersama hidup bersatu padu walau berbeda-berbeda, mereka yang beda-beda itu tadi menjadi bangsa yang satu,” katanya.

Marsudi berharap tidak ada pihak-pihak yang melakukan provokasi untuk memecah belah persatuan dan keberagaman Indonesia. Jika ada yang mencoba melakukan provokasi, Marsudi mengatakan hal itu perlu dilawan. Tapi, cara melawannya, kata dia, jangan dengan kekerasan.

“Karena ini sebuah pemahaman, sebuah paham, maka melawannya harus pakai paham. Bagaimana cara melawan pkai paham? Ya paham-paham kita, ajaran Rasulullah, ajaran agama tinggal diikuti saja. Wong dulu para pendiri bangsa ini mengikuti cara Rasulullah ketika membangun negara Madina, gitu. Cara melawannya ya jangan dengan cara kekerasan juga. Cara melawannya dengan cara memberikan pemahaman,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini