TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Ukraina, Yuddy Chrisnandi meluncurkan buku tentang kisahnya selama bertugas di Ukraina dengan judul "Cinta Keduaku Berlabuh Di Ukraina".
Menurut Yuddy, buku tersebut menceritakan kisahnya sejak pertama mendarat di Ukraina pada 2017 saat dirinya mengemban tugas sebagai duta besar hingga menceritakan detik-detik Ukraina mendapat agresi dari Rusia.
"Saya diberi kesempatan oleh negara saya, saya pahami Ukraina, dan saya sampaikan lewat buku saya untuk warga Indonesia," kata dia, saat meluncurkan buku yang berjudul “Cinta Keduaku Berlabuh di Ukraina” di Bandung, Jawa Barat secara luring, Selasa (21/6/2022).
Baca juga: Dubes Yuddy Sebelum Pamit dari Ukraina Luncurkan Perjalanan Tahun Keempat Dubes RI di Kyiv
Menyikapi hal ini, Direktur Pascasarjana Universitas Nasional (Unas) Prof. Dr. Maswadi Rauf memberikan respon positif dan merasa gembira atas peluncuran buku dari Yuddy Chrisnandi untuk yang sekian kalinya ini.
“Bagi saya ini adalah bahan pelajaran, tidak hanya bagi masa depan, tidak hanya bagi orang awam tetapi juga bagi diplomat, bagi para Dubes, karena menjadi dubes itu mempunyai tanggungjawab sangat besar, pertama dia menjadi wakil Republik Indonesia di negara penempatan, akan tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah Dubes yang ditugaskan oleh pemerintah untuk menjalin kerja sama dengan negara itu, kerja sama yang menghasikan manfaat bagi kedua bangsa ini tugas berat,” kata tokoh yang dikenal sebagai pakar ilmu politik senior tersebut.
Maswadi menilai dirinya banyak belajar dari Yuddy Chrisnandi setelah membaca bukunya, salah satu poin penting kekuatan dari sosok Yuddy Chrisnandi adalah seorang yang suka mengembangkan silaturrahmi.
“Diplomasi sebetulnya adalah bagaimana menjaga hubungan dengan orang lain, dalam Islam itu temasuk yang paling penting. Diplomasi itu memperkenalkan negara kita kepada orang yang dikunjungi itu, dan kemudian mencari informasi tentang orang dan negara itu. Jadi ada sesuatu yang dicapai dengan silaturrahmi melalui diplomasi. Tujuannya adalah memperkuat mempererat persahabatan, mengembangkan kerja sama yang saling menguntungkan. Ada kerja sama usaha-usaha perdamain dan saling memahami antar negara, tapi dasarnya silaturrahmi. Ini saya belajar dari Pak Yuddy, Pak Yuddy ini paling jago,” ucap Maswadi.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjara (Unpad) Dr Widya Setiabudi Sumadinata mengatakan, Yuddy Chrisnandi sebagai sosok diplomat sukses dan legendaris yang akan dikenang sepanjang hayat karena memiliki kemampuan berjejaring dan berlatar belakang aktivis.
“Dalam teori studi hubungan internasional, tidak ada satu karakter yang menentukan apakah seorang diplomat pengambil kebijakan atau keputusan politik luar negeri akan sukses atau yang disebut faktor ideo-sinkretik, itu adalah value yang dia miliki latar belakang aktivis dan lainnya. Jadi yang saya temukan dan saksikan, hanya sedikit diplomat hebat karena tidak punya background sebagai aktivis, dan Profesor Yuddy adalah satu di antara sedikit tersebut. Prof. Yuddy walaupun tidak menjadi duta besar lagi, tetapi tetap mengabdikan dirinya untuk negeri ini,” jelasnya.
Setiabudi menambahkan, Tidak heran banyak keberhasilan yang diraih oleh Yuddy Chrisnandi dalam meyakinkan bahwa Indonesia dan Ukraina ini dua saudara sebangsa.
“Indonesia beruntung mendapatkan duta besar seorang Yuddy Chrisnandi saat itu. Wallahua’lam kalau bukan Prof. Yuddy apakah hubungan baik antara hubungan dua negara bisa seperti sekarang,” tuturnya.