Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para tokoh nasional memberikan testimoni dan kesaksian kiprah panjang politikus senior Partai Golkar dan alumni GMNI, Palar Batubara, satu di antaranya dari politikus Senior Golkar Theo L Sambuaga.
Theo menilai, rekam jejak dan pemikiran Palar Batubara diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi anak-anak muda, terkhusus dalam konteks politik kebangsaan.
Hal itu disampaikannya dalam peluncuran buku "75 Tahun Bang Palar Batubara, Jiwa Sang Patriot" di Jakarta, Minggu (11/8/2024).
“Semoga buku yang ditulis Bung Palar dapat kita baca dan menjadi referensu bagi para anak muda penerus bangsa ini,” kata Theo.
Di kesempatan yang sama, Sekjen PA GMNI Abdy Yuhana nenyebut pemikiran Palar Batubara yang selalu kritis.
“Meski Bang Palar berada di Golkar, namun setiap pemikirannya Bang Palar tetap menyampaikan pemikiran pemikiran seorang Sukarnois. Selamat Bang Palar yang terus konsisten, dalam menjalankan cita-cita dan perjuangannya,” ujar Abdy.
Palar Batubara, merupakan politisi dengan latar belakang aktivis dan organisastoris.
Kini memasuki usia 75 tahun, sejak kelahirannya pada 11 Agustus 1949 di sebuah kampung kecil di Mariah Bandar, Pematang Bandar, Simalungun, Sumatera Utara.
Semasa muda aktif, sejak SMA sampai mahasiswa aktif di organisasi pergerakan. Saat SMA di SMA Negeri IX Bulungan, Jakarta aktif di GSNI (Gerakan Siswa Naisional Indonesia), kemudian saat mahasiswa, melanjutkan kegairahannya dalam pergerakan dengan masuk ke GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).
Aktivitas dalam pergerakan mahasiswa di GMNI, lantas menggiringnya aktif di KNPI, Kosgoro sampai kemudian berlabuh ke Golkar.
Sampai hari ini, Bang Palar, demikian panggilan akrab Palar Batubara, berada di Dewan Pakar Golkar yang sejak era reformasi telah menjadi Partai Golkar.
Suara rakyat yang tercermin dari hasil Pemilu 1999, menurut Bang Palar, ditelikung menjadi pertarungan politik antar elite yang akhirnya hanya menempatan PDIP sebagai Wakil Presiden.
Momen ini yang menurut Palar, menjadi masalah awal dari reformasi dimana komposisi negara tidak mencerminkan suara rakyat melalui Pemilu 1999.
"Ibarat sebuah buku, demokrasi rakyat sebagai tuntutan inti dari gerakan reformasi, justru telah dirusak di halaman pertamanya," ujar Palar Batubara.
Di sepanjang bukunya, Bang Palar memberikan refleksi atas berbagai momen istimewa dalam kehidupannya. Tersebar di dalam buku yang mencapai 200 halaman ini. Termasuk refleksi akhirnya di usia 75 tahun terhadap kondisi dan fenomena politik kekinian di Tanah Air.
Turut hadir memberikan testimoni antara lain mantan Menakertrans Siswono Yudohusodo, budayawan Erros Djarot, aktivis senior Hariman Siregar, hingga aktor senior Roy Marten.