Ekonom dari Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama, Dianta Sebayang mengungkapkan ada potensi ekonomi sebesar US$2 triliun pada ekonomi halal global, yang bisa menjadi salah satu peluang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Bahkan, jelas Dianta, industri halal global saat ini sangat diminati juga oleh negara-negara non-muslim. Dianta mendorong agar Indonesia nampu menjadi produsen dalam industri halal dunia lewat peningkatan kreativitas yang out of the box dalam menghadapi tantangan krisis saat ini.
Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Badri Munir Sukoco berpendapat untuk mempertahankan ekonomi tetap tumbuh Indonesia bisa memanfaatkan tingginya domestic demand yang dimiliki.
Langkah krusial yang harus dilakukan, menurut Badri, adalah menjaga harapan dan kepercayaan diri masyarakat agar tetap memiliki daya beli yang tinggi.
Selain itu, tambahnya, menekan pertumbuhan impor dan menerapkan diversifikasi pangan secara nyata harus benar-benar diterapkan.
Belanja pemerintah, jelas Badri, harus ditekan terutama pos perjalanan luar negeri untuk sementara harus dihapus. Langkah ini, tambah dia, sekaligus menekan larinya devisa ke luar negeri.
Jurnalis senior, Saur Hutabarat menegaskan dalam menyikapi kondisi saat ini harus ada sanksi bagi pemerintah daerah yang mengendapkan dana di bank. Padahal, tambah Saur, dana itu bisa berfungsi meningkatkan domestic demand yang mampu menggerakan ekonomi.
Sejumlah potensi ekspor, ujar Saur, harus terus dihidupkan, seperti ekspor ayam ke Singapura yang perdana dilakukan hari ini.