TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pekan ini Lembaga Indopol Survey & Consulting mempublikasikan hasil survei terbaru elektabilitas atau tingkat keterpilihan calon presiden dan calon wakil presiden (Capres-Cawapres) pada Pilpres 2024.
Indopol melakukan simulasi dengan asumsi empat poros koalisi parpol yang akan bertarung dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024.
Jika poros pertama diisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sendirian.
Kemudian, poros kedua diisi oleh Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Selanjutnya poros ketiga yaitu Partai Nasdem, Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Terakhir, poros keempat adalah KIB (Koalisi Indonesia Bersatu yang terdiri dari Partai Golkar-Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Amanat Nasional.
Baca juga: Survei Indopol: Hasil Simulasi Empat Poros pada Pilpres 2024, Anies-AHY Raih Suara Tertinggi
Dari simulasi itu, muncul pasangan calon (Paslon) Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari poros Partai Nasdem, Partai Demokrat dan PKS, yang menempati posisi teratas dibandingkan lainnya.
Direktur Eksekutif Indopol Survey and Consulting Ratno Sulistiyanto mengatakan Anies-AHY menjadi pasangan yang diperkirakan akan paling banyak meraup dukungan masyarakat, baik dalam skenario koalisi tiga poros maupun empat poros.
"Meskipun secara individu, elektabilitas kedua tokoh ini bukan yang paling tinggi tapi ketika digabungkan, efek elektabilitas keduanya terlihat saling menguatkan sehingga justru bisa melampaui pasangan calon-calon lain, dengan berbagai kombinasi," kata Ratno Sulistiyanto dikutip pada Selasa (19/7/2022).
Ini tercermin dalam survei tatap muka yang dilakukan lembaga survei Indopol pada 24 Juni-1 Juli 2022.
Dengan jumlah sampel sebanyak 1.230 responden di 34 provinsi, survei ini dilakukan dengan metodologi acak bertingkat (multistage random sampling), dengan margin of error +/- 2,8 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei ini menguji kombinasi berbagai pasangan berdasarkan skenario empat poros yang akan bertarung di Pilpres 2024 yaitu PDIP, Gerindra-PKB, Demokrat-Nasdem-PKS, dan Golkar-PPP-PAN.
Serta skenario tiga poros yaitu PDIP-Golkar-PPP-PAN, Gerindra-PKB, dan Demokrat-Nasdem-PKS.
Skenario 4 Poros di Pilpres
Dalam skenario 4 poros, simulasi 1 yakni pasangan Anies-AHY yang diusung Demokrat-Nasdem-PKS, unggul dengan perolehan suara 34,7 persen.
Mengalahkan pasangan Prabowo-Muhaimin (20,1 persen) yang diusung Gerindra dan PKB, pasangan Puan-Erick yang diusung PDIP diperkirakan memperoleh 4,88 persen.
Sedangkan pasangan Airlangga-Khofifah yang diusung Golkar-PPP-PAN berada pada urutan paling buncit dengan 3,82 persen.
Masih dengan skenario 4 poros, tapi jika pasangan Airlangga diganti dengan Ganjar Pranowo maka hasilnya diperkirakan naik menjadi 22 persen, tapi masih belum bisa mengungguli pasangan Anies-AHY yang memperoleh 30,1 persen.
Sekaligus mengalahkan pasangan Prabowo-Muhaimin yang memperoleh 17,4 persen sedangkan pasangan Puan-Erick yang didukung PDIP berada di nomor buncit dengan perolehan suara yang turun menjadi 2,93 persen.
Dalam skenario 4 poros, jika Airlangga diganti dengan Khofifah sebagai pasangan Ganjar, perolehan suara pasangan Ganjar-Khofifah yang diusung Golkar-PPP-PAN ini menjadi 24,5 persen.
Tapi masih belum bisa mengalahkan pasangan Anies-AHY yang unggul dengan suara 30 persen, mengalahkan pasangan Prabowo-Muhaimin yang suaranya 16,5 persen dan menempatkan kembali pasangan Puan-Erick pada posisi bontot dengan perolehan suara hanya 2,52 persen.
Skenario 3 Poros
Jika koalisi yang terbentuk adalah tiga poros, pasangan Anies-AHY yang diusung koalisi Demokrat-Nasdem-PKS masih unggul dengan perolehan suara 34 persen.
Mengalahkan pasangan Prabowo-Muhaimin yang diusung Gerindra-PKB dengan perolehan suara 23,5 persen, sedangkan pasangan Puan-Ganjar yang diusung PDIP-Golkar-PPP-PAN, diperkirakan hanya memperoleh 8 persen suara.
Dan hampir 35 persen responden belum mau memberikan jawaban.
Masih dalam format tiga poros koalisi, jika Prabowo dipasangkan dengan Khofifah, sebagai pengganti Muhaimin dan posisi Ganjar ditukar menjadi capres dengan Puan sebagai cawapres, maka perolehan pasangan Prabowo-Khofifah yang diusung Gerindra-PKB ini justru turun menjadi 19,9 persen.
Perubahan formasi pasangan Ganjar-Puan yang diusung PDIP-Golkar-PPP-PAN menaikkan perolehan suara mereka menjadi 21 persen.
Tapi ini belum cukup untuk mengalahkan perolehan suara Anies-AHY yang menjulang dengan 30,9 persen suara dan 28,2 persen responden mengaku tidak tahu atau tidak jawab.
"Potensi kemenangan pasangan Anies-AHY ini diperkirakan karena publik menginginkan perbaikan dan perubahan, yang tercermin dari tingginya ketidakpuasan publik atas kinerja pemerintahan pada saat ini, terutama di bidang ekonomi dan kebebasan berekspresi," ujar Ratno.
Pada survei yang sama, Indopol menunjukkan 35 persen responden mengaku kondisi ekonomi mereka lebih buruk ketimbang tahun lalu dan ketidakpuasan ini disebabkan oleh naiknya harga bahan-bahan pokok (48,4 persen), turunnya pendapatan (20 persen) dan menganggur/ di-PHK sebagai akibat pandemi (11,3 persen).
Dalam pelaksanaan demokrasi, termasuk kebebasan berpendapat dan berorganisasi, tingkat kepuasan publik turun dari 70 persen (Januari 2022) menjadi 64,4 persen (Jun 2022) sementara ketidakpuasan naik dari 21 persen (Januari 2022) menjadi 25,1 persen (Juni 2022).
Selain itu, latar belakang kandidat yang paling disukai publik adalah tokoh kepala daerah, disusul tokoh berlatar belakang militer.