News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Nancy Pelosi Kunjungan ke Asia

Kondisi Ratusan WNI di Taiwan Aman, Pemerintah Siapkan Skenario Jika Ketegangan di Taiwan Meningkat

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha. Kemlu memastikan WNI di Taiwan dalam kondisi sehat dan aman. Kemlu menyiapkan skenario untuk menyelamatkan WNI tersebut jika ketegangan meningkat.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tensi panas Beijing dan Taipei akibat kunjungan ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Nancy Pelosi terus bergulir.

Pihak Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) memastikan Warga Negara Indonesia (WNI) di Taiwan dalam kondisi sehat dan aman.

Direktur Perlindungan WNI Kemenlu Judha Nugraha menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia berharap eskalasi panas tidak berlarut-larut terjadi.

"Saat ini dapat kami sampaikan bahwa kondisi WNI kita di Taiwan masih tetap tenang, aman, dan insha Allah tentunya kita berharap tidak ada eskalasi," kata Judha, Jumat (5/8/2022).

Baca juga: Imbas Kunjungan Ketua DPR Amerika Nancy Pelosi, Akankah Terjadi Perang di Selat Taiwan?

Kata Judha di Taiwan saat ini ada sebanyak 300.000 WNI.

Kemenlu juga melakukan kerja sama dengan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei akan terus memantau situasi keamanan terkini di Taiwan.

"Dalam hal ini KDEI sebagaimana juga sudah dimiliki oleh berbagai macam perwakilan RI lainnya telah membangun rencana kontingensi untuk mengantisipasi jika terjadi eskalasi situasi," ujar Judha.

Sementara itu Menteri Luar Negeri Indonesia (Menlu RI) Retno Marsudi mengingatkan kepada China agar menjaga kepercayaan (trust) untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan.

Indonesia lanjut Menlu juga menekankan pentingnya China menjadi bagian dari kerja sama konkret pelaksanaan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.

Selain itu, penghormatan terhadap hukum internasional juga ditekankan oleh Menlu RI, termasuk penghormatan terhadap UNCLOS 1982.

"ASEAN dan RRT (China) harus bekerja lebih keras agar dapat berkontribusi bagi perdamaian dan stabilitas di Kawasan," ujar Retno dalam pernyataannya.

Kapal Induk

Imbas kunjungan ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Nancy Pelosi, telah membuat Gedung Putih mengutus armada laut beserta kapal induk USS Ronald Reagan untuk berjaga di kawasan Taiwan.

Langkah ini diambil Amerika Serikat setelah militer China meluncurkan serangan rudal balistik jenis hipersonik Dongfeng DF-17 ke wilayah perairan Taiwan dan Jepang pada Kamis (4/8/2022) kemarin, tepatnya usai Pelosi melakukan kunjungan kerja dengan para pejabat Taipei.

Baca juga: China Panggil Diplomat Eropa yang Memprotes Latihan Militer Tiongkok di Selat Taiwan

"Kami mengutuk tindakan ini, yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan dengan tujuan lama kami untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan di kawasan itu," ujar juru bicara Gedung Putih John Kirby.

Mengutip dari Anadolu Agency, sebelum berlabuh di perairan Laut China Selatan, armada USS Ronald Reagan diketahui tengah melakukan kunjungan pelabuhan ke Singapura sebagai bagian dari patroli rutin guna mendukung Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.

Namun setelah ketegangan antara China dengan Taiwan meningkat, menteri pertahanan AS Lloyd Austin memerintahkan armada penyerang kapal induk Ronald Reagan untuk berlayar di pangkalan area umum.

Dengan maksud mencegah terjadinya serangan susulan serta memantau situasi panas antara China dengan Taiwan.

"Kami tidak akan terhalang untuk beroperasi di laut dan langit Pasifik Barat sesuai dengan hukum internasional, seperti yang telah kami lakukan selama beberapa dekade, mendukung Taiwan dan mempertahankan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," tegas Kirby.

Sebagai informasi USS Ronald Reagan sendiri merupakan kapal induk yang difungsikan sebagai pangkalan udara terapung bagi angkatan udara AS.

Dengan dilengkapi rudal Sea Sparrow serta sistem senjata jarak dekat (CIWS), kapal induk ini diklaim dapat dapat menghancurkan rudal jarak pendek hingga rudal anti-kapal supersonic milik musuh.

Uniknya kapal ini menggunakan tenaga penggerak dua reaktor nuklir yang dapat menggerakkan empat baling-baling kapal selama lebih dari 20 tahun tanpa mengisi bahan bakar.

Belum diketahui sampai kapan USS Ronald Reagan akan bersiaga di Laut China Selatan.

Namun menurut Kirby kapal induk ini akan terus berlayar di kawasan tersebut hingga militer China mundur dari kawasan selat Taiwan.(Tribun Network/ras/anadolu/kps/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini