Belum lagi menangani Carmen, yang kini tengah mengandung.
Kini Carmen berperingai lebih manja dan selalu ingin ditemani oleh para pawang saat menghabiskan makanan kesukaan mereka, yakni puding dodol yang terbuat dari ubi.
“Biasanya kalau dipanggil sekali langsung datang, tapi karena sedang hamil agak lambat dan baru datang di panggilan ketiga. Saat makan puding pun maunya ditemani terus sama kita, kalau kita tinggalin mereka tidak mau makan,” jelas Sarmin.
Dalam merawat para gajah yang populasinya semakin menipis ini, Sarmin dan para pawang lainnya sudah dibekali pelatihan oleh perusahaan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan hingga membimbing dan membaca karakter para gajah.
Sehari-hari, Sarmin dan para pawing lainnya memandikan, memberi makan, memberi minum, hingga berlatih interaksi dan pemeriksaan medis para gajah.
Selain itu, para gajah ini juga diberikan pelatihan atraksi, seperti bermain basket atau bola kaki bersama, hingga menghitung angka.
Dulu, sebelum pandemi menyerang, banyak masyarakat yang sering berkujung ke kamp EFS di Kabupaten Langgam ini untuk sekadar bermain atau berfoto bersama para gajah ini.
Namun, selama pandemi, kamp tidak bisa didatangi oleh publik maupun tamu sesuai dengan arahan pemerintah dalam protokol kesehatan.
Adapun, tak hanya mengandalkan gajah,para pawang juga mengekstensifkan upaya sosialisasi langsung kepada masyarakat dan memberikan pelatihan tepat sasaran untuk menangani gajah apabila masuk ke daerah lingkungannya.
Dengan begitu, kesepahaman mitigasi konflik antarkeduanya dapat lebih harmonis dan tidak berujung pada masalah.
Kolaborasi
Elephant Flying Squad (EFS) adalah satuan tim yang terdiri dari pawang dan gajah yang dibentuk sebagai salah satu implementasi teknik mitigasi konflik gajah manusia.
Tugas utamanya adalah untuk menggembalakan dan menghalau gajah liar agar tidak masuk ke lahan masyarakat.
EFS diperkenalkan oleh BBKSDA Riau dan WWF dan didukung beberapa pemangku kepentingan sejak tahun 2005.