News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polisi Tembak Polisi

Kamaruddin Simanjuntak Ungkap Pengakuan Seorang Komjen yang Ketakutan Tangani Kasus Ferdy Sambo

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kolase Kamaruddin Simanjuntak dan Irjen Ferdy Sambo. Menurut Kamaruddin, ada jenderal bintang tiga Polri yang merasa ketakutan saat mengani kasus Ferdy Sambo.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Irjen Ferdy Sambo disebut-sebut begitu berkuasa di Polri ketika menjabat sebagai Kadiv Propam.

Begitu powerfull-nya seorang Ferdy Sambo, sehingga ada jenderal bintang tiga Polri atau perwira berpangkat komjen yang merasa takut saat tangani kasus tewasnya Brigadir J.

Semua ini diungkapkan Pengacara Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak saat menjadi narasumber di AIMAN Kompas TV.

Cerita ini berawal ketika Kamaruddin membahas soal uang senilai Rp 200 juta milik Brigadir J yang ditransfer seseorang ke rekening Bripka RR.

Kamaruddin lalu menduga yang melakukan hal tersebut adalah Ferdy Sambo.

Ia lantas meminta PPATK untuk turut serta menyelidiki kasus pembunuhan Brigadir J yang diotaki oleh Ferdy Sambo.

Kamaruddin kemudian mengaku ada jenderal bintang tiga yang bercerita atau curhat kepada dirinya.

Baca juga: Motif Pembunuhan Brigadir J Belum Diungkap, Susno Duadji: Kepentingannya Ada pada Tersangka

"Jadi di sini ada kejahatan perbankan libatkan PPATK supaya terang, karena kalau di sana terus yang menyidik, jenderal bintang curhat ke saya," ucap Kamaruddin.

Menurut Kamaruddin, jenderal bintang tiga tersebut merasa ketakutan saat mengani kasus Ferdy Sambo.

" 'Abang terlalu berani, kami aja ketakutan', 'Kenapa kalian takut?', 'Harusnya mafia takut sama kita'," kata Kamaruddin meniru obrolannya dengan jenderal bintang tiga tersebut.

Kamaruddin mengaku tak tahu apakah jenderal bintang tiga tersebut serius atau hanya tengah bercanda.

Akan tetapi menurutnya, Ferdy Sambo memang memiliki sosok 'pelindung'.

"Saya enggak tahu bercanda atau engga, mereka enggak tahu siapa kawan siapa lawan, Ferdy Sambo ini walau bintangnya dua ada yang back up dia," ujar Kamaruddin.

Kamaruddin kemudian menceritakan momen saat ia mengirim bukti soal pembunuhan Brigadir J ke penyidik.

"Sebagai bukti nih, saya mau nge-WA bukti ke hp penyidik, nah penyidik yang ketakutan," kata Kamaruddin.

"Takut HPnya dipantau, ada juga penyidik yang menolak bukti," imbuhnya.

Cerita Mahfud MD

Menko Polhukam, Mahfud MD menyebut Irjen Ferdy Sambo dinilai merupakan sosok 'jenderal bintang lima' di Polri.

Hal tersebut disampaikan oleh Mahfud MD saat menjadi narasumber di acara iNews TV, pada Rabu (17/8/2022).

Mulanya Mahfud MD memuji kinerja Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam mengungkapkan kasus pembunuhan Brigadir J.

Mengingat kasus pembunuhan berencana tersebut diotaki oleh Ferdy Sambo yang notabenenya adalah pejabat tinggi di Polri.

"Penyelesaian yang diambil Kapolri sudah sangat proporsional dan cukup cepat, satu bulan loh selesai dalam kasus yang begini rumit dan begitu sensitif," ungkap Mahfud MD.

"Karena yang melakukan itu adalah pejabat tinggi Polri yang sebenarnya kalau dihitung bintangnya itu seperti bintang lima. Kadiv Propam itu bintang dua. Tapi anak buahnya yang bintang tiga, kepala bironya ada tiga yang seluruhnya tunduk pada ini (FS)," imbuh Mahfud MD.

Mahfud MD lalu menyebut Ferdy Sambo adalah jenderal bintang dua rasa bintang lima, karena ia ditakuti oleh banyak pihak.

Ferdy Sambo mampu menembak seseorang contohnya Brigadir J, lalu mengarang cerita terkait kejahantannya tersebut.

"Sehingga rasa-rasanya kalau di Polri itu Pak Sambo memang praktis bintang lima karena semua takut pada dia. Rasanya semuanya bisa ditembak oleh dia dengan alasan apapun. Nah itu yang menyebabkan ketika dia melakukan kejahatan, lalu dia membuat rekayasa, orang hampir percaya dia semua, bahwa itu tembak-menembak, padahal itu karangan melibatkan 36 orang yang mengatur skenario itu," kata Mahfud MD.

Susno Ungkap Kekuasaaan Seorang Kadiv Propam

Menurut eks Kabareskrim Komjen (Purn) Susno Duadji, seorang Kadiv Propam bisa mentukan hitam putih seorang aparat Polri yang ingin naik pangkat, bersekolah hingga hal lain terkait promisi jabatan.

"Dia yang menentukan hitam putih seorang aparat mau promosi."

"Misalnya seseorang yang sedang duduk di jabatan, kalau dia diperiksa oleh Propam karena ada laporan terkait suatu masalah bisa batal naik," ujar Susno Duadji.

Soal hitam putih promisi jabatan, seorang Kadiv Propam jadi kepanjangan tangan Kapolri.

Pasalnya, laporan Kadiv Propam ke Kapolri ini jadi catatan khusus apakah seseorang anggota Polri akan digeser dari jabatan setelah itu atau tidak.

"Ini sampai ke bawah sampai ke Kapolres Indonesia," jelasnya. 

Barulah Kadiv Propam, lanjut dia, melaporkan kepada Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri), apabila ada catatan khusus dari seorang aparat katakan saja perwira tinggi.

Misalnya ada pengaduan masyarakat pelayanannya tidak bagus atau diduga aparat terlibat melindungi narkoba.

"Artinya Propam ini menentukan nasib seseorang termasuk karier aparat," tuturnya.

"Itu sudah lumrah dan bukan hanya di Polri tapi termasuk di kementerian di militer di institusi lain orang-orang yang mengganjal jabatan seperti ini ya yang menentukan nasib orang yang powerfull, di atas dia ini ya Kapolri," jelas Susno.

Susno mengaku diteror

Susno Duadji mengungkapkan, bisnis anaknya didatangi sejumlah polisi liar, belum lama ini.

Susno Duadji merasa, hal tersebut terjadi lantaran dirinya kerap menganalisa kasus kematian Brigadir J yang diotaki mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo.

Susno Duadji pun mengaku telah menghubungi Kabareskrim Polri Komjen Agus Agus Andrianto.

Susno Duadji menjelaskan polisi-polisi "liar" itu datang naik mobil dinas dengan pelat Jakarta.

Ia menduga orang-orang tersebut dari kelompok polisi yang tak suka dirinya banyak omong soal kasus yang menjerat Ferdy Sambo.

Menurut dia, kedatangan mereka tak lain untuk meneror.

"Polisi-polisi liar" itu mendatangi usaha pertambangan milik putri Jenderal Bintang Tiga itu di Lahat, Sumatera Selatan pada 16 Agustus 2022 lalu.

Bukan tanpa alasan Susno Duadji menyebut mereka sebagai "polisi liar".

Pasalnya, polisi-polisi yang mendatangi usaha pertambangan putrinya itu tanpa membawa surat tugas.

"Baru beberapa hari lalu sejumlah anggota polisi tiba-tiba datang ke tempat usaha (pertambangan, red) anak saya di Lahat," kata Susno Duadji di kantor redaksi Tribunnews.com di Palmerah, Jakarta Selatan, Senin (22/8/2022).

Susno Duadji mengaku tak satupun polisi mendatangi usaha pertambangan anaknya menunjukkan surat tugas.

Ia tak menyebutkan pertambangan apa yang dimiliki anaknya itu.

Tetapi, Susno Duadji mengungkapkan polisi yang datang ke tempat usaha anaknya itu berasal dari Jakarta dengan membawa mobil dinas.

Termasuk di dalamnya mobil Indonesia Automatic Fingerprint System atau Inafis.

"Ini pelat mobilnya dari Jakarta. Ada mobil Inafis juga," ucap Susno Duadji.

Ia sempat memperlihatkan foto-foto anggota polisi dan mobil dinasnya yang mendatangi bisnis anaknya pada 16 Agustus 2022 lalu itu.

Susno Duadji melanjutkan, "Kalau enggak mau neror saya atau anak saya, apalagi tujuannya?"

Lalu, Susno Duadji menghubungi Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto.

Komjen Agus Andrianto, kata Susno, mengungkapkan tidak pernah mengirimkan anggotanya ke tempat bisnis putrinya itu.

"Wah, liar itu Bang," kata Agus Andrianto kepada Susno Duadji melalui telepon.

Sebagian berita tayang di Tribun Jakarta: Isi Curhatan Jenderal Bintang 3 ke Kamaruddin, Takut Tangani Kasus Ferdy Sambo Gara-gara Sosok Ini 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini