Selain melakukan survei sendiri, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga mempertimbangkan kencangnya regulasi BPA yang telah diterapkan di berbagai negara maju.
Beberapa negara yang menjadi tolok ukur antara lain Brazil, Prancis, Kanada, dan negara bagian Vermont dan Distrik Columbia di Amerika Serikat (AS), yang sudah melarang penggunaan BPA pada kemasan pangan, termasuk air minum dalam kemasan (AMDK).
Negara bagian California di AS juga sudah mengatur pencantuman peringatan label bahaya BPA pada kemasan produk pangan olahan.
Namun demikian, BPOM cenderung mengikuti model yang lebih moderat dengan merilis rancangan perubahan atas Peraturan BPOM Nomor 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan, yang kini telah diserahkan ke Menteri Sekretaris Kabinet untuk disahkan.
Adapun salah satu pasal yang diubah, mengatur kewajiban pencantuman label “Berpotensi mengandung BPA” pada produk AMDK yang menggunakan kemasan plastik keras polikarbonat.
Berbahaya bagi ibu hamil
Tak hanya berpengaruh pada timbulnya sel kanker, dokter spesialis anak sekaligus anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Irfan Dzakir Nugroho, Sp.A, M.Biomed dalam diskusi virtual tahun lalu menyebutkan, kontaminasi BPA dapat membahayakan ibu hamil karena mengganggu kerja endokrin dan mampu meniru hormon estrogen.
“Program Toksikologi Nasional AS, dalam laporan yang terbit pada 2008, menemukan adanya efek pada otak, perilaku, dan kelenjar prostat pada janin, bayi serta anak-anak akibat paparan BPA yang masuk melalui plasenta, ASI, pemberian susu botol, dan pemberian makanan atau minuman yang telah terkontaminasi BPA,” katanya.
Menurutnya, BPA juga dapat menimbulkan bahaya pada kelompok usia anak-anak, diantaranya: Menyebabkan gangguan tumbuh kembang, perilaku depresif, ansietas, dan hiperaktif.
Di samping memengaruhi perilaku emosional dan kekerasan pada anak, BPA juga bisa mempengaruhi senyawa yang dihasilkan oleh otak seperti dopamine, serotonin, acetylcholine, dan hormon thyroid.
“Pada usia dewasa atau usia produktif, BPA bisa memengaruhi produktivitas, menyebabkan gangguan pada saat kehamilan dan persalinan, termasuk menyebabkan obesitas dan beberapa penyakit metabolik,” katanya.