TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Partai Buruh Sadi Iqbal mengatakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) hanya upaya pemerintah mencari untung di tengah kesulitan rakyat.
Apalagi, menurut Iqbal, harga BBM ini malah naik di tengah turunnya harga minyak dunia.
"Terlebih kenaikan ini dilakukan di tengah negara lain menurunkan harga BBM. Seperti di Malaysia, dengan ron yang lebih tinggi dari Pertalite, harganya jauh lebih murah," jelasnya.
Iqbal juga mengkhawatirkan dengan naiknnya harga BBM maka ongkos energi industri akan meningkat.
Hal itu bisa memicu terjadinya ledakan PHK atau pemutusan hubungan kerja.
Baca juga: Harga BBM Naik, Politisi Demokrat: Rakyat Sedang Susah Dibuat Tambah Susah
Lebih lanjut, kata dia, kenaikan harga BBM juga akan menurunkan daya beli yang sekarang ini saja sudah turun 30 persen.
Dengan harga BBM naik maka daya beli akan turun lagi menjadi 50%.
"Penyebab turunnya daya beli adalah peningkatan angka inflansi menjadi 6.5% hingga - 8%, sehingga harga kebutuhan pokok akan meroket," kata Said Iqbal.
Diketahui, pemerintah resmi mengumumkan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), Sabtu (3/9/2022).
"Pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter. Solar bersubsidi dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif saat jumpa pers di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Sedangkan untuk BBM jenis Pertamax naik dari Rp12.500 menjadi Rp14.500 per liter.