Rangkaian acara tersebut dapat disaksikan secara gratis.
Namun untuk Ruwatan Bumi, tidak dibuka untuk umum, hanya tamu undangan yang dipersilakan hadir mengikuti kegiatan tersebut.
Direktur Artistik Indonesia Bertutur 2022, Melati Suryodarmo mengatakan ada ada 20 cagar budaya Nusantara yang akan ikut dinarasikan.
Yakni cagar budaya Leang-leang di Maros, Manggarai, Museum Sangiran, Lorelebu di Palu, Misool di Raja Ampat, Sangkulirang di Kalimantan, candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Candi Bahal di Medan, Muaro Jambi, Muara Takus, Kerajaan Kutai dan Tarumanegara, Candi Jago, Candi Trowulan, Gunung Kawi Bali, Candi Singosari, dan lain sebagainya.
"Indonesia Bertutur 2022 mengambil jarak waktu dari zaman prasejarah Nusantara sampai abad ke 15, berakhirnya Majapahit."
"Itu kan banyak sejali, tapi kita hanya ambil 20, jadi tidak semuanya, tapi ini (sudah) mewakili semua wilayah," kata Melati saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Jumat (2/9/2022).
Baca juga: Pembangunan Budaya Penting untuk Mewujudkan Politik yang Lebih Bermartabat
Sebagaimana semangat Indonesia Bertutur 2022 yakni untuk menarasikan kembali sejarah, Melati berharap kegiatan ini dapat membuat masyarakat sadar bahwa Indonesia memiliki cerita sejarah yang menarik untuk dikupas.
Bahkan, hingga saat ini jejak-jejak kesejarahan masih dapat ditemui dari banyaknya cagar budaya yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Harapannya pagelaran Indonesia Bertutur 2022 menjadi sumber edukasi, pengalaman dan inspirasi bagi masyarakat khususnya generasi muda untuk ikut melestarikan warisan seni dan budaya Indonesia."
"(Kegiatan) itu sebagai acuan untuk (masyarakat agar memiliki) interpretasi penemuan, ilmu, untuk mengetahui lagi ilmu kita yang ditinggalkan oleh leluhur, memantik lagi keingintahuan kita (terhadap sejarah), dan juga mengembangkannya dengan narasi baru," lanjut Melati.
Cerita sejarah ini diolah sesuai intrepretasi seniman san pengamat budaya untuk kemudian ditampilkan dalam karya-kaya sesuai dengan kreativitasnya masing-masing.
Sehingga, lanjut Melati, masyarakat tak hanya memanfaatkan cagar budaya sebagai tempat wisata saja. Melainkan juga menjadi tempat untuk belajar sejarah.
"Anak muda dan generasi berikutnya supaya lebih menghargai juga warisan cagar budaya itu, supaya menjadi sumber budaya dan pengetahuan," ujar Melati.
Baca juga: Pimpinan MPR: Pembangunan Budaya Penting untuk Mewujudkan Politik yang Lebih Bermartabat
Untuk itu, Melati mempersilakan masyarakat hadir mengikuti rangkaian kegiatan budaya yang syarat akan nilai-nilai kesejarahan ini.