Majalah tersebut pun menjadi tonggak perlawanan di Sumatera Barat.
Dua tahun setelah ia bekerja di Raya, Rasuna mendirikan sebuah perguruan putri.
Ia mendirikan perguruan yang ditujukan untuk menyebarkan gagasan-gagasannya ini di Medan.
Tak hanya itu, ia juga membuat majalah mingguan, Menara Poetri.
Rasuna juga masih berpolitik setelah Indonesia merdeka.
Dikutip dari perpusnas.go.id, ia aktif di Badan Penerangan Pemuda Indonesia dan Komite Nasional Indonesia.
Setelah kemerdekaan, Rasuna juga menjadi wakil Sumatera Barad di Dewan Perwakilan Sumatera.
Sebelum wafat, Rasuna sempat menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Agung pada 1959.
Lalu, Rasuna Said meningga pada November 1965.
Ia meninggal karena menderita kanker darah.
Atas jasanya, ia dinobatkan menjadi Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keppres RI No. 084/TK/Tahun 1974 pada 13 Desember 1974, dikutip dari budaya.jogjaprov.go.id.
(Tribunnews.com, Renald) (Kompas.com, Verelladevanka Adryamarthanino)