Laporan Wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Demo menolak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) mengakibatkan tujuh mahasiswa terluka.
Demo yang berlangsung di kawasan Patung Kuda, Monas, Kamis (14/9/2022) ini diinisiasi oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI).
Aksi mulai berlangsung dari sekira pukul 13.00 WIB. Saat jelang sore, tampak dari barisan belakang massa beberapa mahasiswa mulai berlari menuju arah ambulans.
Mereka membopong massa lain yang tampak tak berdaya, terpantau enam massa yang dibopong menuju ambulans.
Diketahui para mahasiswa ini ada yang terluka dan juga kekurangan oksigen. Mereka langsung mendapat pertolongan pertama dari tim medis.
Berdasarkan pemantauan Tribunnews dari mahasiswa yang dibopong, beberapa mengalami luka gores di kaki dan tangannya akibat terkena kawat duri pengamanan kepolisian.
Hal ini dibenarkan oleh Koordinator Pusat BEM SI Muhammad Yuza Agusti. Namun kondisi para mahasiswa yang terluka sudah mulai membaik setelah mendapat perawatan.
"Kawan-kawan sekalian kami menjadi korban represifitas, ada tujuh orang yang luka-luka. Yang katannya mahasiswa disebut untuk menyampaikan aspirasi akan diberikan kemanan, nyatanya tidak diberikan pengamanan," ujar Yuza Agusti.
Demo menolak kenaikan tarif BBM ini berakhir sekira pukul 17.00 WIB, massa mulai perlahan membubarkan diri. Namun hingga saat ini akses jalan di sekitar kawasan Patung Kuda, Monas, masih ditutup.
Baca juga: Ajak Diskusi di Jalan, Mahasiswa Minta Jokowi Temui Massa Demo Tolak Kenaikan Tarif BBM
Massa yang melakukan demo hari ini merupakan aliansi BEM SI.
Mereka mulai datang ke kawasan Patung Kuda, Monas, Kamis (15/9/2022) sekira pukul 13.00 WIB. Aksi kali ini merupakan dalam rangka menolak kenaikan tarif BBM.
Adapun dalam rombongan tampak almamater mahasiswa dari Universitas Jenderal Soedriman Surakarta, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), hingga Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta.
Ada tiga poin tuntutuan dan desakan yang dibawa oleh BEM SI, yaitu menuntut dan mendesak pemerintah untuk mencabut keputusan terkait kenaikan BBM.
Kemudian menuntut dan mendesak pemerintah Menunda proyek strategis nasional yang tidak berdampak langsung kepada masyarakat dan mengalihkan anggaran ke subsidi BBM.
Serta, menuntut dan mendesak pemerintah untuk menerapkan regulasi pemakaian BBM
Bersubsidi secara tegas.
Hingga saat ini BEM SI melihat Presiden Joko Widodo masih belum mau menemui massa aksi dalam setiap demo yang ada, sehingga tuntutan tidak tersampaikan dengan baik.
Dengan keadaan yang demikian, Aliansi BEM SI memberikan ultimatum kepada pihak Pemerintah selama 7x24 jam di mulai sejak tanggal 8 September 2022 untuk memenuhi tuntutan tersebut.
Baca juga: Massa Demo BEM SI Tolak Kenaikan Tarif BBM Mulai Runtuhkan Pertahanan Berlapis Kepolisian
"Jika tidak dipenuhi maka Aliansi BEM SI akan kembali turun aksi dengan massa yang lebih banyak lagi. Maka dari itu, untuk menindak lanjuti ultimatum tersebut dan memperjuangkan tuntutan rakyat, ujar Koordinator BEM SI Luthfi Yufrizal.