Kemudian, empat korban lainnya tiba di sana untuk dibunuh dan dimasukkan ke sumur kecil yang dikenal sebagai Lubang Buaya.
Baca juga: 10 Pahlawan Revolusi Korban Pengkhianatan G30S, Tragedi Nasional Pembunuhan di Lubang Buaya
Siaran Radio G30S
Dalam siaran radio yang disiarkan pada hari kejadian, gerakan ini hanya menamai diri sebagai Gerakan 30 September (G30S) yang dipimpin oleh Letkol Untung.
Namun, rezim orde baru menambahkan kata PKI untuk menjadikan seluruh anggota PKI sebagai dalang kudeta.
Pagi hari itu juga, G30S menduduki stasiun pusat Radio Republik Indonesia (RRI), dan melalui udara menyatakan diri sebagai anggota pasukan yang setia kepada Presiden Sukarno.
Mereka mengatakan tujuannya adalah melindungi Presiden dari komplotan jenderal kanan yang akan melancarkan kudeta, yang tak lain adalah para Jenderal yang dibunuh.
Mereka menyebut nama pemimpin mereka, Letnan Kolonel Untung, Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Cakrabirawa, yang bertanggung jawab mengawal Presiden.
Simpatisan G30S juga menduduki Lapangan Merdeka (sekarang Lapangan Monas) di pusat kota.
Para sore harinya, beberapa pasukan di Jawa Tengah menculik lima perwira pimpinan mereka.
G30S di Yogyakarta
Pemberontakan G30S tidak hanya terjadi di Jakarta, namun juga di berbagai wilayah di Pulau Jawa, terutama Yogyakarta pada 1 Oktober 1965.
G30S di Yogyakarta yang dipimpin oleh Mayor Mulyono.
Gerakan ini menyebabkan gugurnya TNI Angkatan Darat, Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiyono.
Kolonel Katamso merupakan Komandan Korem 072/Yogyakarta.