Pada peristiwa G30S, Presiden Soekarno mendapat pengamanan di Pangkalan Angkatan Udara Halim di Jakarta.
Pada 6 Oktober 1965, Presiden Soekarno memberikan seruan kepada masyarakat untuk bersatu demi persatuan nasional berdasarkan Pancasila.
Kemudian, peresmian Hari Kesaktian Pancasila dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Hari Kesaktian Pancasila bermula dari Surat Keputusan Menteri atau Panglima Angkatan Darat Jenderal Soeharto pada 17 September 1966 lalu.
Setelah keputusan tersebut keluar, Wakil Panglima Angkatan Darat Letjen Maraden Panggabean dalam jumpa pers menjelaskan,
"Pancasila sebagai way of life bangsa Indonesia pada tanggal itu mendapat ancaman yang luar biasa sehingga hampir saja Pancasila musnah dari Bumi Pertiwi", kata Letjen Maraden, dikutip dari laman Kemenkumham.
Peringatan ini menyusul dikeluarkannya SK No 153/1967 pada 27 September 1967 oleh Presiden Jenderal Soeharto.
Baca juga: Asal Usul dan Sejarah Nama Lubang Buaya, Lokasi Pembuangan Jasad Korban G30S
Daftar Jenderal dan militer korban G30S:
- Letjen Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
- Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
- Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (DEputi III Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
- Brigjen Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
- Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
- Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
- Lettu CZI Pierre Andreas Tendean (Ajudan Jenderal AH Nasution yang salah tangkap)
- Kolonel Katamso (Komandan Korem 072/Yogyakarta)
- Letnan Kolonel Sugiyono (Kepala Staf Korem 072/Yogyakarta)
- Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal Kediaman Resmi Wakil Perdana Menteri II dr. J. Leimena).
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait G30S