TRIBUNNEWS.COM - Koordinator wilayah (Korwil) Aremania Bantur The Black Lion, Slamet Sanjoko membeberkan kronologi kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan seusai pertandingan Arema FC melawan Persebaya pada Sabtu (1/10/2022).
Slamet mengungkapkan tragedi berdarah tersebut dipicu dari dua orang suporter Arema FC yang meminta foto dengan pemain seusai pertandingan.
"Katanya mau foto setelah akhir pertandingan. Mau foto sama pemain itu," ujarnya dikutip dari YouTube Surya, Senin (3/10/2022).
Namun, kata Slamet, dirinya telah meminta agar petugas keamanan melarang dua suporter tersebut untuk masuk ke lapangan dan berfoto bersama pemain Arema FC.
Baca juga: Sejumlah Anak Jadi Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan, KPAI Soroti Penggunaan Gas Air Mata
Permintaan tersebut dilakukan Slamet demi menjaga kondusifitas suasana Stadion Kanjuruhan pasca kekalahan dari Persebaya Surabaya dengan skor 2-3.
"Jangan (mengizinkan suporter masuk lapangan) pak, ini suasananya gak enak. Kita abis kalah dari Persib, habis itu dari Persebaya."
"Memang kita terima (kekalahan) sih. Rasa kecewa pasti ada. Nanti memicu yang lain-lain itu yang sudah lempar-lempar," jelas Slamet.
Namun lantaran salah satu suporter tersebut terus memaksa untuk masuk lapangan, dua petugas keamanan pun mengizinkan.
"Akhirnya dia (suporter yang ingin masuk) maksa, dibukain lah sama petugas, dua (suporter) itu," katanya.
Setelah diizinkan oleh petugas keamanan, Slamet mengatakan dua suporter Arema FC itu justru tidak dapat berfoto dengan pemain Singo Edan.
Baca juga: Ketua Umum Projo Menilai Manajemen Pengendalian Suporter Saat Kerusuhan Kanjuruhan Sangat Berlebihan
Menurutnya, pemain Arema FC justru lari dan terjadilah bentrok sesaat setelah itu.
"Gak tahu penangkapan pemain Arema gimana. Dia mendekat, pemain Arema lari. Kita lihat dari kejauhan, dan bentrok dengan petugas," jelasnya.
"Di situ pemicunya yang dari tribun Timur dan tribun skor, naik semua," imbuh Slamet.
Aksi dua suporter itu memicu pendukung lain untuk memasuki area lapangan.
Melihat kejadian itu, Slamet meminta Aremania Bantur untuk tidak ikut masuk lapangan lantaran suasana sudah tidak kondusif.
Slamet meminta kepada suporter untuk mengemasi bendera dan meninggalkan stadion.
"Kami instrusikan untuk teman-teman Black Lion dari wilayah Bantur, jangan ikut masalah itu. Ayo ke atas, kemasi bendera," ujarnya.
Listrik Stadion Sempat Mati saat Kerusuhan Terjadi
Slamet mengungkapkan saat dirinya dan suporter Arema FC wilayah Bantur akan keluar, lampu stadion sempat dalam keadaan mati.
Matinya listrik stadion itu, katanya, bersamaan saat petugas keamanan menembakkan gas air mata ke arah lapangan dan stadion.
"Estimasi tiga menit, kami keluar gerbang. Gerbang darurat itu belum dibuka."
"Waktu itu listrik mati. Lampu stadion," ujarnya.
Slamet menyayangkan akan penembakan gas air mata oleh anggota kepolisian ke arah tribun suporter.
Menurutnya, suporter yang berada di area tribun tidak melanggar peraturan apapun lantaran mereka tidak merangsek ke lapangan.
"Tapi kami itu yang di tribun salah siapa?" sesal Slamet.
Baca juga: Sosok 2 Polisi yang Gugur Dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan, Biasa Bertugas Sebagai Bhabinkamtibmas
Sebagai informasi, jumlah korban tewas akibat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang mencapai 125 orang.
Hal ini diungkapkan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo pada Minggu (2/9/2022).
"Tadi hasil verifikasi terakhir dengan data yang ada di Dinkes baik kabupaten/kota terkonfirmasi sampai saat ini terverifikasi yang meninggal jumlahnya dari awal diinformasikan 129 orang."
"Saat ini data terakhir dari hasil pengecekan tim DVI dan Dinkes jumlahnya 125 orang," ujarnya dalam konferensi pers di Stadion Kanjuruhan Malang, Minggu (2/10/2022).
Saat ini, kata Listyo, kepolisian tengah melakukan pendalaman lebih lanjut.
Ia berjanji pihaknya akan serius menangani tragedi ini.
"Yang jelas kami akan serius dan mengusut tuntas dan tentunya terkait proses penyelenggaraan dan pengamanan," terangnya.
Pada proses investigasi, Kapolri mengungkapkan menggandeng beberapa poihak seperti Bareskrim Polri, Propam, Pusdokkes, Inafis, dan Puslabfor.
"Pada tahap awal, tim DVI sudah bekerja untuk memastikan terkait identitas korban yang meninggal," jelasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(YouTube Surya)
Artikel lain terkait Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan