TRIBUNNEWS.COM - Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) mengungkapkan investigasinya soal tragedi maut Kanjuruhan.
Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi Pasaribu pun menjelaskan beberapa mengatakan temuan-temuan berdasarkan rekaman video yang diambil dari tribun Stadion Kanjuruhan.
Di mana menampakkan bagaimana detik-detik kericuhan penonton terjadi seusai laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya, 1 Oktober 2022.
Termasuk soal penonton pertama yang nekat masuk ke lapangan Stadion Kanjuruhan.
Hasil temuan LPSK tersebut juga menampakkan bagaimana detik-detik penonton pertama masuk ke lapangan.
Dalam video yang diputar LPSK, penonton pertama yang masuk, mengenakan pakaian hitam, tampak berlari dan melompati dinding pembatas antara tribun dan lapangan.
Baca juga: Setelah Komnas HAM, Hari Ini Giliran LPSK Sampaikan Investigasi Tragedi Kanjuruhan ke Publik
Hingga akhirnya penonton tersebut berhasil memasuki lapangan.
Namun tampak dihalau oleh semacam petugas mengenakan pakaian hijau.
"kita bisa melihat penonton yang melompati dinding saat itu tidak ada pengamanan yang menghalangi penonton itu, kemudian beberapa orang mendekati penonton itu menghalau, bahkan penonton yang pertama kali masuk ke lapangan itu tidak berhasil menyalami atau memeluk pemain Arema FC," terangnya, dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV, Kamis (13/10/2022).
Lantas Edwin melanjutkan pada pukul 22.03 WIB (waktu dari hasil rekaman) tampak pemain kedua masuk ke lapangan.
"Awal-awal kita bisa lihat jumlah penonton yang masuk itu masih di angka yang sangat kecil hanya 4 hingga 5 penonton, termasuk penonton yang membawa semacam bendera atau kaus dan berlari mengelilingi lapangan," terangnya lagi.
Dan sekitar pukul 22.04 51 detik baru terlihat sejumlah penonton merasuk dari tribun timur ke lapangan dan kondisi pun menjadi keos atau chaos.
Dan akhirnya pergerakan penonton semakin besar.
Tampak pemain yang sebelumnya di lapangan, digiring petugas keamanan memasuki ruang ganti stadion Kanjuruhan.
Baca juga: Komnas HAM Akan Dalami Tanggung Jawab PSSI, PT LIB dan Broadcaster Terkait Tragedi Kanjuruhan