TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terdakwa Hendra Kurniawan bertemu dengan pimpinan setelah mendengar cerita tembak menembak antara Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J dengan Bharada Richard Eliezer alias Bharada E yang diskenariokan oleh Ferdy Sambo.
Hendra Kurniawan menghadap pimpinan yang tidak disebutkan namanya itu bersama eks Karo Provos Divisi Propam Polri, Benny Ali pada 8 Juli 2022 atau setelah Brigadir J tewas ditembak.
Awalnya, setelah mendapat cerita dari Ferdy Sambo soal Putri Candrawathi dilecehkan oleh Brihadir J, Hendra Kurniawan menemui eks Karo Provos Divisi Propam Polri, Benny Ali.
Setelah itu, Benny menceritakan bentuk pelecehan seperti apa yang diterima istri Ferdy Sambo tersebut oleh Brigadir J hingga terjadi aksi tembak-menembak di antara keduanya kepada Hendra.
Baca juga: Kebohongan di Duren Tiga, Putri Candrawathi Ngaku Dilecehkan saat Pakai Baju Tidur dan Celana Pendek
Singkat cerita, Hendra Kurniawan bersama Benny Ali kembali ke Kantor Divisi Propam Polri.
Dalam perjalanannya, Hendra menelepon Harun agar memberi tahu Agus Nurpatria agar datang ke kantor untuk diklarifikasi soal insiden tersebut.
"Setibanya terdakwa Hendra Kurniawan di kantor sekitar pukul 20.05 WIB saat itu saksi Agus Nurpatria ternyata telah tiba terlebih dahulu di sana," sebut Jaksa dalam sidang perdana perkara obstruction of justice kematian Brigadir J di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (19/10/2022).
"Kemudian terdakwa Hendra Kurniawan melakukan klarifikasi kepada saksi Richard Eliezer Pudihang Lumiu, Ricky Rizal Wibowo, Kuat Ma'ruf yang sudah berada di sana, dan pada intinya mereka menjelaskan dan membenarkan sesuai cerita yang telah diskenariokan oleh Ferdy Sambo," sambung Jaksa.
Baca juga: Ferdy Sambo Bohongi Brigjen Hendra Kurniawan Soal Pelecehan Seksual Putri Candrawathi di Duren Tiga
Selanjutnya, pada 20.45 WIB, Benny Ali dipanggil untuk menghadap pimpinan.
Saat itu, Benny Ali bertemu Ferdy Sambo dan dia menyebut akan bertemu dengan pimpinan juga.
Akhirnya, Benny Ali terlebih dahulu menemui pimpinan dengan ditemani oleh Hendra Kurniawan.
Setelah ketiganya bertemu dengan pimpinan, Ferdy Sambo dan Hendra Kurniawan kembali ke ruangan Biro Provos di lantai 3 dan menemui Bharada E, Ricky Rizal dan Kuat Ma'ruf.
"Menyampaikan dan menyamakan pikiran sesuai skenario yang telah dibuat sebelumnya atas peristiwa penembakan yang telah terjadi pada diri korban Nofriansyah Yosua Hutabarat," ungkap Jaksa.
Sebelumnya, Ferdy Sambo sempat berbohong kepada pimpinannya dengan menyebut tidak menembak Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Hal ini terungkap dalam sidang perkara pengahalangan penyidikan alias obstruction of justice di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (17/10/2022).
Awalnya, Ferdy Sambo bertemu dengan Hendra Kurniawan, Benny Ali, Agus Nurpatria Adi Purnama, dan Harun di ruangan Pemeriksaan Biro Provost lantai 3 sekitar pukul 22.00 Wib.
"Untuk menyampaikan dan menyamakan pikiran sesuai skenario yang telah dibuat sebelumnya atas peristiwa penembakan yang terjadi pada diri korban Nofriansyah Yosua Hutabarat," kata JPU saat bacakan dakwaan di PN Jakarta Selatan, Senin (17/10).
Baca juga: Strategi Dimulai, Bharada E Singgung Perintah Jenderal hingga Minta Bertemu Ferdy Sambo dan Istri
Skenario pembunuhan berencana itu juga sudah diceritakan kepada orang yang disebut pimpinannya. Namun, tidak disebutkan siapa pimpinannya tersebut.
Di sana, Ferdy Sambo mengaku tidak menembak Brigadir J dalam kasus tersebut.
"Saya sudah menghadap Pimpinan dan menjelaskan. Pertanyaan Pimpinan cuma satu yakni "KAMU NEMBAK NGGA MBO...?" dan Terdakwa Ferdy Sambo, menjawab "Siap Tidak Jenderal, kalo saya nembak kenapa harus di dalam rumah, pasti saya selesaikan di luar, kalo saya yang nembak bisa pecah itu kepalanya (Jebol) karena senjata pegangan saya kaliber 45," ucap Jaksa.
Skenario itu dibuat karena masalah harga diri atas tindakan pelecehan yang dialami istrinya, Putri Candrawathi.
"Percuma punya jabatan dan pangkat bintang dua kalo harkat dan martabat serta kehormatan keluarga hancur karena kelakuan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat," katanya.
Dengan begitu, Mantan Jenderal Bintang Dua itu kembali menegaskan kepada para pejabat Propam Polri yang merupakan bawahannya untuk diproses sesuai skenario palsunya tanpa menyinggung kejadian di Magelang.
"TKP, keterangan saksi dan barang bukti yang diamankan. Untuk kejadian di Magelang tidak usah dipertanyakan, berangkat dari kejadian Duren Tiga saja. Baiknya untuk penanganan tindak lanjutnya di Paminal saja," ucapnya.