TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai menilai bangsa Indonesia saat ini sedang berada di titik nadir.
Hal ini ia katakan bukan tanpa sebab. Pigai melihat situasi saat ini telah terjadi divergensi nalar dari para pemimpin. Pun juga, rakyat sudah berada di titik jenuh terhadap pemimpin.
Hal ini ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam diskusi bertajuk 'Indonesia Dalam Belantara Benturan Kepentingan' di Sekretariat Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII), Jakarta Pusat, Jumat (21/10/2022).
"Di mana perilaku pongah yang dipertontonkan pemimpin, titik di mana pemimpin hadir menerkam rakyat, titik di mana pancasila dan simbol-simbol negara dan bangsa dipandang sebagai artistik simbolisme tanpa perwujudan substansial. Kita berada di ambang kehancuran, disparitas antar wilayah timur, tengah, dan barat," kata Pigai.
Mantan Komisioner Komisi Nasional (Komnas) HAM ini juga menilai, pemimpin saat ini tidak memberikan perlindungan terhadap rakyat sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang.
Baca juga: 3 Tahun Jokowi-Maruf, KontraS: Penyelesaian HAM Berat Hanya Lip Service, Reformasi Polri Gagal
Lebih lanjut, ia juga melihat kondisi rakyat semakin sulit dan gelombang pengangguran tidak dibisa dihentikan. Pemerintah pun tidak bisa memberikan solusi terhadap masalah ini.
"Rakyat miskin makin hari kian parah, pengangguran anak negeri, kebodohan nyaris menyelimuti hantaran negeri," ujarnya.
"Pemimpin menggadaikan negeri ini kepada pasar. Indonesia sudah tergadai pada komprador, pengusaha modal, kekuasaan asing dan pemilik uang," Pigai menambahkan.
Padahal, kata Pigai, hampir delapan tahun lalu pemimpin tertinggi negeri ini berkomitmen untuk menjaga moralitas dan tidak hidup dalam kemewahan. Namun, kenyataan itu berbeda dengan kondisi saat ini.
"Anjurkan makan ubi, singkong, tahu, tempe di setiap sidang Kabinet. (Hedonisme) inilah wujud nyata perilaku pongah dan dipertontonkan kepada rakyat sendiri tanpa perasaan malu," tandas Pigai.
Dalam acara yang berlangsung Jumat sore ini, turut hadir sebagai narasumber akademisi Ubedillah Badrun dan Ekonom Anthony Budiawan.