TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Banyaknya guru yang pensiun setiap tahunnya membuat kebutuhan terhadap tenaga guru mendesak untuk dipenuhi.
Berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud) jumlah guru yang pensiun setiap tahunnya sebanyak 5 persen dari total jumlah guru di Indonesia.
Kekosongan itu harus segera diisi, terutama untuk guru Sekolah Dasar (SD).
"Kebutuhan guru sudah urgent sekarang," ujar Mendikbudristek Nadiem Makarim saat berdialog dengan para kepala sekolah dan guru Sekolah Penggerak di Kota Pontianak dan Kubu Raya di SDN 28 Pontianak Utara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Senin (25/10/2022).
Awalnya seorang Kepala Sekolah Dasar menyampaikan curhatannya kepada Nadiem Makarim mengenai banyaknya guru honorer di sekolah yang ia pimpin saat ini tidak linier.
Namun demikian kepala sekolah itu menilai kinerja dari para guru tersebut sangatlah baik.
Maka itu ia menanyakan bagaimana nasib para guru honorer di sekolahnya tersebut.
Karena sebelumnya ia sempat mendengar informasi/isu bahwa guru yang mengajar di sekolah dasar harus linier yakni lulusan PGSD.
Menjawab pertanyaan itu Nadiem Makarim kemudian menjelaskan bahwa saat ini untuk guru SD, khususnya guru kelas, tidak harus lulusan PGSD atau harus linier.
Guru SD, khususnya guru kelas, dapat diisi dari jurusan lain.
Namun memang harus merupakan lulusan S1 Pendidikan atau D4 Pendidikan.
"Kami selalu berusaha menambah fleksibilitas, hal-hal yang terlalu spesifik atau linier itu yang harus kita pecahkan. Sekat-sekat itu yang menambah kerepotan juga dalam sistem, apalagi kebutuhan guru sudah urgent sekarang,"ujar Nadiem.
Dalam diskusi itu Nadiem juga mengapresiasi para Kepala Sekolah Penggerak yang telah menerapkan sejumlah program Merdeka Belajar yang butuh usaha ekstra.
Menurut Nadiem, menjadi Sekolah Penggerak bukan hal yang mudah karena membutuhkan keberanian dalam menghadapi kerumitan dan tantangan.
Untuk itu Nadiem menyampaikan terima kasih kepada para Kepala Sekolah Penggerak yang telah mampu menggerakkan warga sekolah untuk bersama-sama mengimplementasikan paradigma baru di sekolahnya.
“Saya ucapkan apresiasi, terima kasih kepada bapak ibu kepala sekolah yang telah menjadi garda terdepan perubahan. Terima kasih bapak ibu sudah berani meluncurkan paradigma baru dalam pembelajaran,” kata Nadiem.
Nadiem menegaskan bahwa paradigma Sekolah Penggerak sebagai sekolah favorit adalah kesalahan persepsi.
“Kami memilih Sekolah Penggerak bukan berdasarkan bagusnya sekolah tersebut, tetapi dari kemauan kepala sekolah dan guru-gurunya untuk melakukan perubahan,” ujar Nadiem.