News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ketua Umum NU Tak Tertarik Menjadi Capres RI

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya menyatakan diri tak tertarik menjadi Calon Presiden Republik Indonesia (Capres RI) untuk Pemilihan Umum (Pemilu) mendatang.

Laporan Wartawan Tribunnews.com Ashri Fadilla

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya menyatakan diri tak tertarik menjadi Calon Presiden Republik Indonesia (Capres RI) untuk Pemilihan Umum (Pemilu) mendatang.

"Saya tidak tertarik untuk nyalon Presiden Republik Indonesia," ujarnya dalam Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Dakwah NU (LDNU) pada Selasa (25/10/2022).

Alasannya tak tertarik karena dia telah merasa menjadi presiden di kalangan jamaah NU.

"Seolah-olah," katanya.

Pernyataan tersebut dilontarkan kala Gus Yahya mengarahkan para pengurus NU untuk menjalankan organisasi seperti pemerintahan.

Baca juga: Sejarah Singkat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Dibentuk oleh Para Petinggi Nahdlatul Ulama

Dia meminta agar para pengurus harian berpikir seolah-olah sebagai menteri.

"Karena saya ini juga berpikir seolah olah seperti presiden," katanya.

Sementara untuk LDNU dimintanya untuk berpikir layaknya Direktur Penerangan Agama Islam.

Oleh sebab itu, dia mengimbau agar para pengurusnya bekerja fokus membuat kebijakan.

"Jadi bukan pekerjaannya lembaga dakwah untuk membuat jadwal pengajian bagi anggota-anggota pengurusnya.

LDNU ini kerjanya adalah membuat kebijakan."

Menurutnya, lembaga pemerintah dan jamiyah NU hanya berbeda dari segi politik.

"NU ini tidak berhubungan dengan teritorial politik," kata Gus Yahya.

Kedua, perbedaan terlihat dari wewenang fisik secara paksa. Salah satu contohnya, yaitu adanya aparat penegak hukum seperti polisi.

"Punya polisi dan tentara yang di bawah ini pistol. Paling tidak pentungan. Tapi NU tidak. Walaupun punya Banser. Tapi tetap tidak punya wewenang untuk melakukan paksa fisik."

Meski tak memiliki kedua hal tersebut, Gus Yahya menegaskan bahwa NU harus tetap mengoperasikan organisasi layaknya pemerintahan.

"Saya tekankan kepada teman-teman personalia PBNU mulai dari harian sampai lembaga-lembaga untuk berpikir seperti pemerintah," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini