Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kekerasan seksual, selain berdampak pada kesehatan fisik dan psikis korban, ternyata bisa mengubah orientasi seksual hingga jadi pelaku.
Wakil Sekjen Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI), dr Baety Adhayati SpFM(K) mengatakan, situasi ini terjadi pada korban yang sering sekali alami kekerasan seksual dan lama-lama dia merasakan nyaman.
"Awalnya, gak terima takut. Lama-lama pelaku juga gak kasar, pelaku menyediakan kenyamanan bagi si korban," ungkapnya pada acara media briefing secara virtual, Minggu (30/10/2022).
Hal ini membuat mereka yang mendapatkan kekerasan seksual, merasa tidak menjadi korban.
Baca juga: Pemuda Kepergok Sodomi Bocah 8 Tahun di Toilet Masjid, Berawal dari Suara Rintihan Kesakitan
Perilaku ini membuat korban tidak melapor, bahkan mencontoh apa yang telah ia dapatkan.
"Akhirnya mencontoh, dan coba juga," katanya lagi.
Perilaku ini pun berlaku pada sodomi.
Dr Baety pun memaparkan pengalaman yang menangani kasus saat pelaku dahulu adalah korban kekerasan seksual.
"Korban saat masih usia sekolah, sedangkan pelaku dewasa.
Sudah lama diperlakukan seperti itu, akhirnya melakukan hal yang sama, cari korban yang lain yang lebih kecil," paparnya lagi.
Sehingga, ia menyebutkan jika mata rantai dari kekerasan seksual ini perlu jadi perhatian.
"Karenanya, kalau sudah diidentifikasi, wajib konseling.
Harus ke psikolog kalau korban sodomi, karena ada kencederungan potensi jadi pelaku. Dan harus rutin diterapi," pungkasnya.