News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gangguan Ginjal

Menkes Mengira Awal Kasus Gagal Ginjal Akut karena Virus Covid-19, Ternyata karena Senyawa Kimia

Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana rapat Komisi IX DPR RI bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti Lukito, di Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (2/11/28).

Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengira awal kasus gagal ginjal akut terjadi karena virus Covid-19.

Perkiraan itu terjadi saat Kemenkes bergerak pertama kali 10 September 2022 setelah rapat sembilan September membahas kenaikan kasus gagal ginjal akut di akhir Agustus. Kemenkes langsung melakukan analisa patalogi.

"Patalogi itu artinya dugaaan kita penyebab penyakit ini adalah virus bakteri atau parasit karena kita baru saja terkena pandemi yang disebabkan virus. Dan kemarin juga ada kasus hati akut yang juga disebabkan oleh virus," kata Budi di Ruang Rapat Komisi IX DPR, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (2/11/2022).

Menurut Budi temen-temen di Kemenkes dengan pengalaman seperti itu langsung mengajukan uji patologi baik dengan PCR dan lainnya untuk mengetahui penyebabnya apa.

"Yang bisa saya sampaikan ternyata hasil patologi kita semua bakteri dan virus kita tes sedikit sekali yang berkolerasi dengan penyakit ini," sambungnya.

Kemudian Budi mengungkapkan 17 Oktober Kemenkes melakukan video konferensi bersama pakar-pakar untuk mengetahui penyebab kasus gagal ginjal akut pada anak.

"Sebagian besar bukan 100 persen faktor risiko paling besar dari kematian anak-anak ini disebabkan oleh obat-obatan yang mengandung senyawa kimia tersebut," tambahnya.

Baca juga: Ditemukan Cemaran EG Lewati Ambang Batas dari PT Afi Farma, Begini Tanggapan Jubir Kemenkes RI

Lalu Budi menuturkan hipotesa tersebut sama dengan informasi dari WHO. Kaskus yang sama sebelumnya juga terjadi di Gambia disebabkan oleh obat.

"Kemudian kita tukar yang tadinya kita uji patologi menjadi uji toksikologi berdasarkan masukan dari WHO," tutupnya.
 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini