lalu aku akan mengambil
sisa-sisa aura kosmosmu yang menjejak
kuserap dalam pori-poriku
kuhirup sekuat-kuatnya
hingga mengalir ke dalam nadiku
hingga kuharap kau tahu, kini aku yang jaga merdeka itu
Kuukir namamu, Pahlawan
pada gunung, pada laut
pada udara, pada puisi burung
di tiap huruf namamu, Pahlawan
ada suku kata merdeka
ada doa… untukmu
6. BUKAN GUGURMU yang KUTANGISI
Saat kau pergi
pagi itu
dengan senjata seadanya di tanganmu
dan ikat merah putih di kepalamu
bukan pergimu yang kutangisi
bukan, sayang
bukan itu
Aku melihat langkahmu
lurus, tegap
tak pernah kau seyakin itu
tak pernah
aah… aku nyeri membayangkannya
tak pernah aku melihatmu
tersenyum semisterius itu
dzikir, sujud, dan segala kata-kata langit
kuucapkan
deras di mulut dan benakku
seolah aku melihatnya
menjadi butiran atom cahaya
yang terbang mengelilingimu
menghangatkanmu
siluetmu mulai hilang
jauh di ujung sana
kilas cahaya merah putih dari kepalamu
menjadi nur terakhir yang kulihat
pekik merdekamu
masih terbisik di telingaku
lembut, namun penuh api
Saat kau pergi
pagi itu
dan perang melawan penjajah
mengantarmu menghadap Sang Pencipta
bukan gugurmu yang kutangisi
bukan, sayang
bukan itu
Karena kutahu
gugurnya pahlawan bukanlah mati
itu adalah kehidupan sebenarnya bagimu
karena kutahu
takkan pernah sia-sia juangmu
untuk bangsa Indonesia yang kau cintai ini
dan kutahu kau menikmati cintamu itu
Bukan gugurmu yang kutangisi
Bukan, sayang
ini bukan tangis kesedihan
ini adalah tangis haru akan kemenanganmu
Ah, baiklah… aku berbohong jika aku mengatakan
bahwa aku tak sedikitpun perih dengan hilang rautmu
Namun, percayalah, bagiku, kau tak pernah gugur
Berikut ini puisi Hari Pahlawan dikutip dari majalahkaras.kemdikbud.go.id
7. AREK-AREK BONEK SURABAYA
SANG GARDA NEGARA
oleh: Sosiawan Leak
arek-arek bonek,
tanpa latihan, tanpa pengalaman nekat bertempur ke medan perang
berjuang demi menjaga kemerdekaan
yang hendak dirampok belanda
; berandal kolonial sekutu inggris dan nica.
bersenjata ala kadarnya
sepatu, seragam, topi baja tak pernah punya
(apalagi gaji, pangkat, dan bintang jasa)
tak perlu peleton, batalion atau kompi
tak butuh strategi serta konvensi
tak!
maka peduli setan!
mallaby, jendral panglima lawan
kautembak dari jarak dekat saat di jalanan
pistolnya kaurampas dari genggaman
mobilnya hancur berantakan
disikat granat marah jembatan merah!
arek-arek bonek surabaya,
meski musuh menuduh kau adalah biang rusuh
namun namamu tetap tercatat sebagai pahlawan teguh.
arek-arek bonek,
usai perundingan gagal di tunjungan
tanpa aba-aba, tanpa persiapan
yamato dipanjat demi menurunkan prinsenvlag
merobek birunya
lantas mengibarkannya kembali sebagai dwi warna
(sebab lupa membawa sang saka).
ploegmen, komandan netherland
yang lancang menodong residen sudirman
kaucekik hingga binasa, lunas napasnya
lantas kausambar sepeda
sebagai perisai bagi pisau serdadu lawan
yang dilempar, lolos menancap di badan.
arek-arek bonek surabaya,
meski sukma pisah dari raga
pengorbananmu sebagai kusuma negara tak kan pernah sia-sia!
serupa cak madun gugur di siola
menghadang tank sendirian
agar pasukannya terhindar dari amukan
di gentengkali menyusun barisan.
arek-arek bonek,
100 ribu pejuang, miskin senjata
sebagian besar rakyat jelata
; tukang becak, pedagang, pelaut, preman sekalian
kuli, petani serta santri
juga para pemuda kampung dan desa
bersama heiho, knil, dan peta
mencegat pasukan sekutu pemenang perang dunia
; para tentara bayaran sikh dan gurkha, inggris dan eropa
yang dibekali senapan mesin, dikawal kendaraan lapis baja,
kapal perang, berikut pesawat udara.
arek-arek bonek surabaya,
meski kotamu hancur,
16 ribu pejuang gugur, 200 ribu rakyat tergusur
dibombardir mortir
diganyang panser dan meriam
tapi aksi heroikmu telah menggetarkan lawan
kebonekanmu menyadarkan dunia
bahwa merdeka adalah hak paling asasi manusia
suluh bagi perdamaian sesama.
arek-arek bonek surabaya,
sidik dan hariyono wong jawa
bergandengan dengan warouw dan worang jong minahasa
berangkulan dengan pemuda aceh abdullah dan jong ambon sapija.
arek-arek bonek surabaya,
bersama warga pemberani lainnya
dirumat bung tomo, gubernur suryo, dan kiai hasyim asy’ari
menjelma pandu bagi ibu pertiwi.
kini, di zaman perang politik dan agama
yang mengancam kemerdekaan negara menyerang kehidupan berbangsa
mengacau kedamaian sesama
di manakah kau berada
arek-arek bonek surabaya?
Solo, 2 november 2018
Baca juga: 35 Link Twibbon Hari Pahlawan 2022, Dapat Dibagikan di Media Sosial
8. WAHAI PENJAJAH
Hai kamu wahai penjajah
Kamu yang merasa tinggi
Kamu semua yang mengusik kedamaian di tanah airku
Kamu semua yang hanya peduli akan bangsa sendiri
Sudah waktunya kalian pergi dari bumi pertiwiku
Pergi
Ibu pertiwi sudah tidak kuat lagi
Dia sudah tidak kuat dengan darah yang kalian tumpahkan
Tidak kuat dengan kejahatan yang kalian nampakkan
Tidak kuat dengan alam yang selalu kalian injak
Pergi
Mungkin memang kalian lebih pandai
Mungkin memang kalian bisa memakai senjata dan kendaran baja
Mungkin memang kalian bisa menciptakan tipu daya muslihat
Mungkin memang kalian penuh dengan kekejaman
Pergi
Pergilah sekarang juga
Aku tak peduli walau hanya dengan senjata dari bambu
Aku tak peduli walau hanya memakai kain lusuh
Aku tak peduli darahku tumpah ruah
(Tribunnews/Muhammad Alvian Fakka)