Mayjen TKR HR Mohammad Mangoendiprojo adalah satu dari keempat pahlawan nasional yang diberikan gelarnya oleh Presiden Joko Widodo pada 7 November 2014 bersama dengan Djamin Ginting, Sukarni Kartodiwirjo, dan Abdul Wahab Hasbullah.
Mayor Jenderal HR Muhammad Mangundiprojo merupakan Pimpinan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Ia seorang pamong praja yang pernah memasuki dunia militer.
Mohammad Mangundiprojo punya andil yang besar dalam mengambil alih aset pribadi orang-orang Belanda yang tersimpan di Bank Escompto senilai 100 juta gulden untuk perjuangan.
Ia juga berperan sebagai wakil Indonesia dalam kontak biro dengan pasukan Inggris di Surabaya.
Untuk mencegah pasukan Inggris yang menduduki gedung Bank Internatio menembaki massa yang mengadakan pengepungan, Mohammad memasuki gedung bernegosiasi dengan komandan pasukan Inggris yang disandera, dikutip dari dpad.jogjaprov.go.id.
Baca juga: Puisi Hari Pahlawan 10 November: Syair Untukmu Pahlawan hingga Karawang Bekasi Karya Chairil Anwar
5. Moestopo
Mayor Jenderal TNI (Purn.) Prof. DR. Moestopo adalah tokoh nasional yang berjasa dalam pertempuran Surabaya.
Pahlawan kelahiran 13 Juli 1913 ini berhasil membuktikan pengabdiannya di tiga bidang sekaligus, yaitu militer, kedokteran, dan pendidikan.
Kariernya di bidang militer terus berkembang selama penjajahan Jepang, hingga ia diangkat sebagai asisten dokter gigi.
Saat pertempuran Surabaya, Moestopo menjabat sebagai komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Jawa Timur.
Di saat itu, dia mendapuk dirinya sendiri sebagai Menteri Pertahanan RI ad interim sekaligus pemimpin revolusi di Jawa Timur, dikutip dari Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
6. Mayor Jendral Sungkono
Majyend Sungkono merupakan tokoh militer yang terperan dalam pertempuran Surabaya.
Pada tanggal 24 Oktober 1945, Brigade 9 Divisi ke-25 Angkatan Darat Inggris di bawah pimpinan Brigadir AWS Mallaby mendarat di Surabaya.