TRIBUNNEWS.COM, MESIR - Indonesia memiliki hutan mangrove terbesar di dunia yakni seluas 3,5 Juta hektar atau 23 persen dari total jumlah hutan mangrove di dunia.
Itu sebabnya, Indonesia memiliki peranan penting dalam menghadapi perubahan iklim.
Ketua DPP Garda Pemuda NasDem, Chepy Aprianto dalam forum Pavilun Indonesia COP27 di Sharm El Sheikh Mesir memaparkan hutan mangrove memiliki serapan karbon terbesar dibanding ekosistem lainnya.
Hal itu selaras dengan tujuan dari FOLU Net sink 2030 yang isinya antara lain mengurangi emisi sampai dengan 31 persen secara mandiri dan elaborasi dengan dunia Internasional sebesar 41 persen net zero emission.
“Perlu ada kolaborasi dari semua stakeholder termasuk politisi, pemerintah, aktivis lingkungan , masyarakat adat dan perusahaan untuk sama-sama melibatkan pemuda dalam mengatasi perubahan iklim,” katanya dalam siaran pers, Rabu (16/11/2022).
Baca juga: Apa Itu Mangrove? Ketahui Jenis-jenis dan Manfaatnya
Untuk itu, lanjut Chepy Aprianto, melalui forum COP27 pihaknya meminta agar seluruh perusahaan bertanggung jawab secara aktif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2e) agar tercapai pengurangan 140 juta ton C02e pada tahun 2030.
“Kami (Garda Pemuda NasDem) terbuka dengan semua pihak untuk bersama-sama dalam merawat dan menjaga kelestarian hutan dan lingkungan hidup dengan berbagai bentuk kerjasama untuk mempercepat tercapainya zero-net carbon," kata pria Asal Subang Jawa Barat tersebut.
Garda Pemuda NasDem beberapa waktu lalu bersama jajaran pengurus wilayah dan daerah terlibat aktif melakukan penanaman mangrove di seluruh Indonesia.
Baca juga: Jokowi Ajak Para Kepala Negara Anggota G20 Angkat Cangkul Tanam Mangrove
“Sudah kami lakukan serentak di 9 Provinsi dan 12 provinsi per akhir November ini, dan akan terus kami lakukan penanaman sepanjang tahun bersama pengurus wilayah dan daerah se Indonesia” ujar Chepy
Chepy Aprianto merupakan salah satu delegasi Indonesia dalam acara Forum COP27 atau juga dikenal sebagai Konferensi Perubahan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang sedang berlangsung di Sharm El-Sheikh, Mesir.
Ajang itu merupakan suatu platform yang memungkinkan komunitas bisnis, pemuda, masyarakat sipil dan adat, akademisi, seniman, dan komunitas mode dari seluruh dunia untuk mengekspresikan diri dan didengar.
Konferensi Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim ke-27 (COP27) dibuka di kota pesisir Sharm El-Sheikh di Mesir pada 6 November lalu, dengan berbagai negara bekerja sama untuk mengatasi perubahan iklim global.