TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Politik Ray Rangkuti menyoroti momentum Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri dan Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang duduk semeja.
Mereka duduk bersama dalam jamuan makan malam para kepala negara anggota Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Park, Bali, Selasa (15/11/2022).
Ray menyebutkan momentum tersebut sebagai pertemuan yang terpaksa dan tidak ada pesan politik yang dapat ditafsirkan.
Seperti diketahui, agenda G20 merupakan ajang besar-besaran di mana 19 negara dan Uni eropa berkumpul.
Tidak elok untuk dipandang negara lain, jelas Ray, jika tokoh negara Indonesia yang turut hadir malam itu justru duduk dalam formasi yang terpisah satu sama lain.
"SBY Mega itu pertemuan terpaksa. Mejanya cuma itu yang disediakan bagi mereka. Kedua, kan malu-maluin ini bangsa kita juga kalau sampai mantan kepala negara tiba-tiba satu di antara yang lain terpisah," ujar Ray kepada Tribunnews ditemui di Kantor Tribun Bogor, Rabu (16/11/2022).
Sehingga momen duduk semeja ini pun, tegas Ray, terjadi hanya karena diharuskan oleh situasi, tidak menghasilkan makna politik apa-apa.
Baca juga: Momen SBY Duduk Semeja dengan Megawati Diharapkan Bisa Ciptakan Kesejukan Jelang Pemilu 2024
"Itu pertemuan terpaksa yang enggak usah ditafsirkan kemana-mana. Maksud saya itu bukan karena minat. Karena terpaksa. Enggak ada meja," tambah founder Lingkar Madani ini.
Diketahui selain Mega dan SBY, hadir pula Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno, Wakil Presiden Hamzah Haz, Wakil Presiden ke 10 dan 12 RI Jusuf Kalla, dan Ketua DPR RI Puan Maharani.