Menurut Haedar, kemunculan politik identitas dan radikalisme dapat ditangkal melalui model beragama yang berkeadaban.
Dirinya mengatakan ruang publik akan diisi oleh masyarakat beragama tidak hanya formalitas ritual saja.
"Sehingga nanti kalau potensi agama ini yang kita kembangkan kita tidak perlu cemas sebenarnya dengan politik identitas, dengan radikalisme karena apa," ujar Haedar.
"Karena nanti ruang publik itu sudah diisi oleh orang atau masyarakat Indonesia yang beragama dengan baik bukan hanya formalitas ritual. Islam berkemajuan itu," tambahnya.
Haedar menilai Indonesia adalah negara kepulauan tersebar diberi kekuatan rohani agama dan umat beragama yang damai dan punya kontribusi membangun bangsa.
Negara-negara lain, menurut Haedar, susah untuk menerapkan keharmonisan seperti ini.
"Di sana sini ada konflik memang internal agama, antar agama tapi konflik itu tidak menciptakan konflik besar dan itu modal besar," pungkas Haedar.
Sebagai informasi, Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah akan dilaksanakan 18-20
November 2022 di Solo, Jawa Tengah.
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) disebut akan membuka langsung muktamar, sedangkan Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin dijadwalkan menutup Muktamar itu.
Baca juga: Muktamar ke-48 Muhammadiyah-Aisyiyah: Berikut Tema dan Lokasi Muktamar Sebelumnya
Ada lima agenda pokok dalam Muktamar Muhammadiyah kali ini. Pertama, laporan PP
Muhammadiyah 2015-2022.
Kedua, membahas program lima tahun ke depan. Ketiga, membahas Risalah Islam Berkemajuan.
Keempat, membahas isu-isu strategis. Kelima, pemilihan Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2022-2027. (Tribun Network/ Yuda).