Kapasitas Masjid At-Tin dirancang untuk dapat menampung hingga lebih dari 10 ribu jemaah.
Mengkutip Kompas.com, Arsitek Masjid At-Tin adalah pasangan ayah dan anak, yaitu Fauzan Noeman dan Achmad Noeman.
Rancangan kedua arsitek itu menghasilkan bangunan yang megah dan modern.
Terdapat kubah tunggal berukuran raksasa di atap masjid, dan empat menara tinggi di empat titik mengelilingi bangunan masjid.
Ornamen-ornamen geometris mengelilingi dinding masjid dengan tiang-tiang menjulang membuat bangunan terlihat megah.
Selain tempat sholat, masjid At-tin juga memiliki ruang serbaguna hingga perpustakaan.
Serta beberapa pohon kurma yang mengitari plaza berbentuk lingkaran dengan marmer berwarna coklat.
Baca juga: Panitia Bilang Tidak Ada Orasi Politik Saat Reuni 212 di Masjid Agung At-Tin
Simbolisasi Budaya Jawa Era Soeharto
Melansir dari Jurnal Sinektika, arsitektur bangunan pada Era Soeharto menggambarkan citranya yang kental dengan budaya Jawa.
Pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto, banyak mengagungkan dan menyuarakan identitas dari budaya Indonesia.
Selain proyek Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Soeharto mulai banyak membangun Masjid Amal Bakti Pancasila yang dikelola Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila (YAMP) dan tersebar di beberapa daerah di Indonesia.
Masjid Era Soerhato terkenal dengan desain atap limas bertingkat atau atap tumpang seperti konsep tradisional Jawa.
Begitu juga dengan bentuk bangunan pada Masjid At-tin.
Bentuk bangunannya mengadopsi ruang dalem yang ada dalam khazanah arsitektur rumah tradisional Jawa.
Melihat kepada simbolisasi kebudayaan Jawa pada masjid At-Tin berbeda dengan proyek serupa masjid lainnya.
Masjid At-Tin tidak menampilkan secara mentah-mentah akan simbolisasi kebudayaan Jawa.
Namun, dipadukan dengan teknologi dan perkembangan zaman yang berkembang pada masa itu.
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka/ Yurike Budiman)(Kompas.com/ Nirmala Maulana Achmad)