Pada saat yang sama Gedung Sate yang berhasil direbut berusaha dipertahankan dari tentara sekutu dan Belanda yang ingin mengambil alih lagi.
Waktu itu Gedung Sate dipertahankan oleh Gerakan Pemuda PU yang diperkuat oleh satu Pasukan Badan Perjoangan yang terdiri lebih kurang 40 orang dengan persenjataan yang agak lengkap.
Namun karena suatu hal, pasukan tersebut ditarik dari Markas Pertahanan Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum pada 29 November 1945.
Hingga kemudian pada 3 Desember 1945, jam I 1.00 pagi, waktu itu kantor Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum yang dikenal dengan Gedung Sate diserbu pasukan sekutu dan Belanda.
Saat itu hanya dipertahankan oleh 21 orang di dalam gedung, sedangkan pasukan lawan menggunakan senjata berat dan modern.
Meskipun demikian, petugas yang mempertahankan Gedung Sate ini tak mau menyerah begitu saja.
Mereka mengadakan perlawanan mati-matian dengan segala kekuatan yang dimiliki tetap mempertahankan kantor itu.
Mereka dikepung rapat dan diserang dari segala penjuru. Pertempuran yang dahsyat itu memang tidak seimbang.
Pertempuran ini baru berakhir pada pukul 14.00 WIB.
Dalam pertempuran tersebut diketahui dari 21 orang pemuda 7 di antaranya hilang.
Setelah dilakukan penelitian 7 orang yang hilang itu adalah Didi Hardianto Kamarga, Muchtaruddin, Soehodo, Rio Soesilo, Soebengat, Ranu dan Soerjono.
Awalnya jenazah mereka belum diketahui pasti keberaandaan nya.
Hingga pada bulan Agustus 1952 oleh beberapa bekas kawan seperjuangan mereka dicarinya di sekitar Gedung Sate, dan hasilnya hanya ditemukan empat jenazah yang sudah berupa kerangka.
Keempat kerangka para suhada ini kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung.