TRIBUNNEWS.COM, BALI - Kementerian Kelautan dan Perikanan tengah fokus mengembangkan produk pakan ikan untuk mendukung geliat perikanan budidaya di Indonesia menjadi lebih berdaya saing dan ramah lingkungan. Hal tersebut sejalan dengan konsep bluefood sebagai solusi krisis pangan di masa depan.
"Indonesia tengah fokus pada pengembangan pakan ikan karena inilah yang menggerus biaya produksi. Ini menjadi tantangan, bagaimana kami mampu menyediakan pakan ikan serta bahan bakunya yang cukup dan berkualitas. Sehingga cost produksi bisa lebih ditekan tapi tidak mengurangi kualitas produk dan hasil panen," ungkap Dirjen Perikanan Budidaya KKP TB Haeru Rahayu saat menjadi pembicara dalam forum 'Blue Food for Inclusive Growth - Ocean 20 yang merupakan bagian dari KTT G20 di Nusa Dua, Bali, Senin (14/11/2022).
Ada dua strategi yang diusung pemerintah Indonesia melalui KKP untuk pengembangan produk pakan perikanan. Strategi jangka menengah (2021-2024) fokus pada pemenuhan kebutuhan pakan ikan dengan mengoptimalkan kapasitas pabrik, meningkatkan produksi pakan ikan mandiri, dan mengedepankan bahan baku lokal.
Sedangkan strategi jangka panjang (2025-2045) fokus pada produksi pakan ramah lingkungan yang tidak merusak ekologi dan memastikan penerapan sertifikasi serta registrasi pakan secara total. Dengan demikian Indonesia diharapkan mampu swasembada produksi pakan ikan ramah lingkungan pada tahun 2045.
"Dengan apa yang kami lakukan, harapannya sektor perikanan budidaya mampu menjadi penopang ketahanan pangan baik untuk dalam negeri maupun global," tegas Tebe -sapaan TB Haeru Rahayu.
Terkait dengan program Bluefood, Tebe mengakui pentingnya isu tersebut dibahas secara global karena berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan pangan di masa depan. Di mana terdapat ancaman perubahan iklim serta meningkatnya populasi manusia mencapai 9,7 miliar orang pada 2045 sehingga kebutuhan protein pun diprediksi meningkatkan hingga 70 persen.
Bluefood erat kaitannya dengan produk perikanan budidaya yang bertujuan mengurangi penangkapan ikan di alam agar populasinya berkelanjutan. "Sehingga blue food memiliki peran penting dalam mencapai ketahanan pangan, mengakhiri malnutrisi, dan membangun sistem pangan yang sehat," kata Tebe.
Menurut Tebe, Indonesia dapat berkontribusi besar dalam penyediaan pangan dari perikanan budidaya. Indonesia saat ini tercatat sebagai negara penghasil perikanan budidaya terbesar kedua di dunia dengan volume produksi 14,8 juta ton, dan berdasarkan prediksi FAO, perikanan budidaya Indonesia akan tumbuh sebesar 26% pada tahun 2030.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Kelautan dan Perikanan, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Joseph Pangalila menyampaikan peluang investasi budidaya perikanan di Indonesia masih sangat besar, baik untuk kegiatan budidaya laut, payau maupun tawar. Potensi tersebut meliputi ketersediaan lahan dan juga pasar produk perikanan.
Perikanan budidaya di Indonesia menurutnya masih didominiasi sistem tradisional, sehingga diharapkan investor bisa bekerjasama dengan masyarakat lokal untuk mengembangkan blue ekonomi. Dengan konsep ekonomi biru, dia optimis usaha budidaya dapat berjalan berkelanjutan dan menguntungkan semua pihak.
"Jadi konsep blue ekonomi tidak hanya meningkatkan kualitas lingkungan, tapi juga meningkatkan pendapatan masyarakat," pungkas Joseph Pangalila. (*)