Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) merilis hasil survei soal kalangan kelas menengah intelektual meyakini institusi Polri mampu mengantisipasi potensi ancaman kerawanan nasional.
Adapun kerawanan nasional itu bersumber dari kekerasan horisontal dan diprediksi akan meningkat sejalan dengan tahun politik 2023.
"Secara kumulatif, Polri merupakan institusi di rating ketiga yang paling dipercaya publik dari 10 besar kementerian/lembaga negara dalam mengantisipasi potensi ancaman nasional 2023," kata Direktur Eksekutif LPI Boni Hargens dalam pemaparannya di Hotel Aryaduta Semanggi, Jakarta, Jumat (23/12/2022).
Boni mencatat nilai agregrat Polri sebesar 2.9045, berbeda tipis dengan institusi TNI, 2.9050 yang berada di tempat kedua dan institusi BIN di rating pertama, 2.9100.
LPI membuat empat indikator ancaman, antara lain Stabilitas Nasional dan Ancaman Resesi Ekonomi, Politik Identitas, Kekerasan Horizontal dan Separatisme Papua, Terorisme dan Ancaman Ideologi.
"Untuk indikator kekerasan horisontal, institusi Polri berada di rating pertama dengan nilai 2.93," kata dia
Boni melanjutkan, dari indikator tersebut, LPI mengajukan pertanyaan mengenai faktor penyebab ancaman tersebut, sekaligus ingin mengukur keyakinan responden terhadap munculnya potensi kekerasan antar pendukung partai dan kandidat capres/cawapres pada tahun politik 2023.
Mengenai sebab, rating tertinggi dari responden sebesar 27.50 menjawab dipicu oleh faktor politik.
Sementara faktor sosial 26,25 dan ideologi 24, terakhir ekonomi sebesar 22.25, sedangkan mereka yang yakin sebab potensi kekerasan itu muncul dilatari oleh ketegangan antar pendukung partai sebesar 36.75 persen.
Baca juga: Resmikan Rumah Ibadah di Kepri, Kapolri: Bagian Etalase Kerukunan dan Toleransi Beragam
'Lalu mayoritas responden menilai 31.50 turut meyakini bahwa ancaman potensi kekerasan itu juga dipicu oleh intensi antar pendukung kandidat capres/cawapres," tandas Boni
Sebagai informasi, survei ini dilakukan pada 5 Desember sampai 16 Desember 2022. Metode-metode survei yang digunakan adalah melalui google form, surel, whatsapp, zoom dan wawancara tatap muka.
Populasi dalam survei ini adalah para dosen/ pakar, peneliti, anggota LSM/ NGO, Aktivis/ Seniman.
Teknik sampling yang digunakan pada riset ini adalah cluster sampling. Dalam teknik cluster sampling ini, analisis dilakukan pada sampel yang tersusun dan diseleksi berdasarkan parameter yang telah ditentukan sebelumnya.
Parameter penentu ini dapat berupa berdasarkan demografi, latar belakang, atau apa pun atribut lainnya yang dapat menjadi fokus penelitian yang dilaksanakan.
Berdasarkan teknik sampling tersebut, jumlah sampel yang di peroleh sebanyak 900 responden dengan standar deviasi 0.4.
Baca juga: Apel Gelar Pasukan, Kapolri Pastikan Seluruh Pihak Siap Amankan Nataru
Adapun Margin of error di kisaran 2 persen pada tingkat kepercayaan ± 98 persen.