TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menceritakan kondisi keuangan negara saat masa-masa awal pandemi Covid-19.
Menurutnya, keuangan negara kalan itu sangat berat karena penerimaan negara yang turun drastis.
"Bayangkan pendapatan penerimaan negara anjlok 16 persen padahal belanja harus naik 12 persen."
"Kesulitan-kesulitan seperti inilah yang memberikan pengalaman besar kepada kita semuanya," ujar Jokowi saat membuka Rakornas Transisi Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Jakarta, Kamis (26/1/2023).
Menurut kepala negara, keputusan pemerintah Indonesia untuk tidak melakukan lockdown adalah tepat.
Karena apabila lockdown dilakukan, Jokowi tidak bisa membayangkan reaksi rakyat.
“Tekanan-tekanan seperti itu saat mengalami krisis dan kita tidak jernih, kalau tergesa-gesa bisa salah, bisa keliru,” ucap Jokowi.
“Coba saat itu misalnya kita putuskan lockdown, hitungan saya dalam 2 atau 3 minggu rakyat sudah tidak bisa memiliki peluang untuk mencari nafkah, semua ditutup," katanya.
Jokowi menuturkan dampak dari penerapan lockdown rakyat akan rusuh melakukan aksi protes kepada pemerintah.
Presiden mengaku kala itu kesulitan memutuskan apakah akan menerapkan lockdown atau tidak, karena semua negara tidak memiliki pengalaman mengenai pandemi Covid-19.
Namun Jokowi juga bersyukur karena pandemi membuat seluruh pihak saling bergotong royong dari pusat hingga desa.
“Tapi pengalaman ini kemudian yang membuat seluruh perangkat pemerintah bisa bekerja sama, satu di antaranya mencapai suntikan vaksin juga 448 juta suntikan di tengah kendala geografis di Indonesia,” tukasnya.(Tribunnews.com/Reynas Abdila)