News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

1 Abad Nahdlatul Ulama

SAS Institute Paparkan Keberhasilan NU di Abad Pertama dan Tantangan di Abad Kedua

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Wahyu Aji
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kiai Said Aqil Siraj dalam Acara Diskusi Kebangsaan sekaligus serah terima jabatan Direktur Ekskutif SAS (Said Aqil Siraj) Institute kepada Dr. Sadullah Affandy di sekretariat SAS Institute Gedung Wisma Nugra Santana Jl. Sudirman, Kamis (1/9/2022).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif SAS Institute Sa'dullah Affandy menyebut, dalam satu abad pertama yang penting, Nahdlatul Ulama (NU) telah melewati berbagai fase sejarah dengan penuh gejolak dan dinamika. 

Mulai dari era kolonialisasi Belanda, Jepang, Sekutu, era kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi dengan beragam presiden.

Usia satu abad juga mau tidak mau untuk merefleksikan apa yang telah berhasil diraih NU dan tantangan apa yang ada di abad ke dua mendatang. 

Menurut Affandy setidaknya, ada lima aspek keberhasilan yang bisa dilihat secara kasat mata di abad pertama NU.

Pertama, sebagai organisasi dengan jamaah para pelestari tradisi, NU telah berhasil mempertahankan diri sebagai organisasi dengan pengikut terbesar di Indonesia, bahkan dunia.

Kedua, sebagai organisasi dengan massa terbesar, NU berhasil memainkan peran dalam dinamika politik Tanah Air, mulai dari pra kemerdekaan, kemerdekaan, hingga pascakemerdekaan. 

"Bahkan dalam mengatasi pemberontakan Partai Komunis Indonesia, NU menjadi organisasi sipil yang paling aktif terlibat dalam menumpas pemberontakan," kata Affandy dalam keterangannya, Rabu (8/2/2023).

Ketiga, dalam konteks Pendidikan, NU dengan pesantrennya berhasil mengintegrasikan antara Pendidikan modern (sekolah formal) dengan tetap mempertahankan identitas pesantrennya. 

"Hingga hari ini kita dapat menyaksikan pesantren NU semakin berkembang pesat dengan Lembaga Pendidikan formal yang ada di dalamnya," ujar dia.

Keempat, dalam dimensi kebudayaan, NU menjadi garda depan sebagai aktor pelestari kebudayaan local, tradisi-tradisi yang oleh kalangan modernis diharamkan, justru dimodifikasi oleh NU menjadi sesuatu yang bernuansa Islam dan bermuatan dakwah sebagaimana ajaran para Wali Songo.

Kelima, NU menjadi penyokong utama beragam agenda pemerintah, terutama terkait isu radikaisme beragama di Indonesia, dan secara gemilang berhasil menjadi representasi Islam rahmatan lil alamin bagi dunia luar.

Namun, lanjut dia, berpijak pada masa lalu dan realitas saat ini, banyak hal yang harus dilakukan oleh NU dalam menyongsong abad kedua.

Pertama, meski secara kuantitas menjadi mayoritas, namun faktanya NU masih memiliki banyak kelemahan baik di bidang ekonomi maupun Sumber Daya Manusia terutama terkait domain riset dan teknologi. 

"Era di mana teknologi digital menjadi primadona, adalah sebuah keniscayaan bagi NU untuk melakukan pemberdayaan ummatnya di ranah ini," kata dia.

Baca juga: PBNU Keberatan PKB Rayakan 1 Abad NU, SAS Institute: NU Itu Rumah Besar Perjuangan

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini