Semasa hidupnya, seluruh keluarganya wafat dalam mempertahankan keimanan lantaran tidak mengakui Firaun sebagai Tuhan.
Refleksi sejarah isra Miraj ini harus kita jadikan warning (peringatan) bagi kita.
Sudahkah kita sadari bahwa fenomena yang terjadi sekarang ini menunjukkan betapa wabah-wabah seperti itu telah menjangkiti sebagian umat Islam.
Kejadian-kejadian yang diperlihatkan Allah pada saat Rasulullah diperjalankan yakni peristiwa Isra Miraj itu, saat ini betul-betul terjadi dan inilah yang menjadi kekhawatiran beliau.
Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang disebut dengan Isra adalah sentral dimulainya perjalanan spiritual beliau.
Baitullah adalah sentral tertujunya seluruh aktivitas ibadah yang kita lakukan.
Ka'bah As Syarifah adalah kiblat umat Islam di seluruh penjuru dunia, bukan kepada batu, melainkan tertuju pada satu tujuan yakni Allah 'Azza Wajalla.
Dan barangsiapa yang hatinya terkunci hanya menyembah Allah SWT maka akan dirasakan olehnya kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Oleh karenanya, jangan sekali-kali kita mati dengan tidak membawa iman.
Karena peristiwa Isra Miraj ini hanya bisa ditelaah dengan iman.
Sehingga ketika kita berkiblat ke Baitullah disitulah hati kita tertuju Inni wajjahtu wajhiya lilladzi fatharas samawati wal ‘ardh.
Menyatukan ruh dan hati kita hanya tertuju kepada kepada-Nya karena hanya hati yang suci nan bersih mampu merasakan kehadiran Allah SWT.
Maka tidak sedikit orang yang saat mengawali salat dengan membaca takbiratul ihram langsung menitikkan air mata, lantaran mengakui akan kebesaran Allah SWT Sang Maha Pemilik Ruh.
Inilah yang kemudian disebut Ash shalatu mi’rajul mukminin, salat adalah Mi’raj kita kepada Allah SWT.