Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dekan Binus ASO School of Engineering (BASE), Fergyanto E Gunawan mengatakan platform Kedaireka Kemendikbudristek mampu menjembatani kerja sama antara perguruan tinggi dan industri.
Kampus dan industri dapat melakukan hilirisasi hasil inovasi para mahasiswa melalui Kedaireka.
"Kedaireka adalah tempat di mana kampus, industri bisa masuk ke situ. Kita bekerjasama membuat produk untuk dikembangkan dengan industri," ucap Fergyanto E Gunawan, di Jakarta, Jumat (17/2/2023).
Menurut Fergyanto, inovasi harus tetap mengedepankan nilai keberlanjutan lingkungan.
"Saat ini, yang terpenting bukan hanya bagaimana seseorang bisa membuat produk, tapi juga menciptakan barang yang tidak membahayakan lingkungan. Nilai-nilai seperti ini jugalah yang coba kami ajarkan di BASE," ujar Fergyanto.
Fergyanto mengatakan BASE fokus dalam mengembangkan kemampuan dan kompetensi para mahasiswanya.
Dirinya berharap para mahasiswa bisa menjadi alumni yang mampu menghasilkan terobosan.
"BASE adalah hasil kolaborasi antara Binus University dan ASO College Group di Jepang. Melalui dua program studi berkurikulum Jepang yang ditawarkan, yakni Product Design Engineering dan Automotive Robotics Engineering, kami mendorong mahasiswa untuk menjadi spesialis engineering yang berkualitas," kata dia.
Baca juga: Berkat Inovasi Minuman Teh Batang Pisang, 3 Mahasiswa UEU akan Ikuti Kompetisi Ide Bisnis di India
BASE juga secara rutin mengadakan summer program, di mana mahasiswa bisa mengikuti internship dan belajar di Jepang secara langsung.
Sistem perkuliahan juga diperkuat dengan pemanfaatan teknologi terkini untuk membantu mahasiswa BASE mengoptimalkan potensi serta kemampuan.
Pada kesempatan itu, hadir alumni BASE bernama Alexander Kevin Daniel yang sudah mengembangkan Ramahija, sebuah bisnis produk di kawasan Pulau Timor yang turut memperhatikan keberlanjutan lingkungan.
Lulusan program studi Production Design Engineering BASE itu mengaku sudah sejak kecil tertarik dengan dunia desain.
"Sejak saat itu, saya jadi sadar, desain dan teknik tidak bisa dipisahkan. Keduanya harus berjalan beriringan untuk menciptakan output yang benar-benar punya daya guna,” ujar Alex.
Pemahaman tersebutlah yang kemudian mengantarkannya untuk membangun Ramahija.
Sebagai founder, Alex ingin menciptakan produk yang menarik, berguna, dan tidak merusak lingkungan. Di sisi lain, ia juga ingin memberdayakan masyarakat setempat untuk membantu kegiatan produksi.
Berangkat dari keresahan tersebut, Alex mendirikan Ramahija dan memanfaatkan pohon palma sebagai bahan baku utamanya.