News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polisi Terlibat Narkoba

Sidang Perkara Narkoba, Irjen Teddy Minahasa Singgung Ambisi AKBP Dody Prawiranegara Naik Pangkat

Penulis: Ashri Fadilla
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Irjen Teddy Minahasa dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Kamis (23/2/2023). Irjen Teddy Minahasa mencecar pengakuan saksi Syamsul Maarif alias Arif mengenai ambisi AKBP Dody Prawiranegara untuk naik pangkat.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ashri Fadilla

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terdakwa kasus peredaran narkoba, Irjen Teddy Minahasa mencecar pengakuan saksi Syamsul Maarif alias Arif mengenai ambisi AKBP Dody Prawiranegara untuk naik pangkat.

Teddy yang diberikan kesempatan oleh Majelis Hakim untuk bertanya, melontarkan beberapa pertanyaan berdasarkan berita acara pemeriksaan (BAP).

"Ini yang terkait dengan bukti percakapan, halaman 50. Saudara mengirim berita kepada Dody," ujar Teddy dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Kamis (23/2/2023).

Kemudian Teddy membeberkan chat yang dikirim Arif kepada Dody tersebut.

Rupanya, chat tersebut mengenai rencana pemusnahan sisa sabu dan pencairan dana dari sabu yang telah terjual.

Baca juga: Pengacara Hotman Paris Salami Jaksa Paris Manalu Usai Persidangan Kasus Irjen Teddy Minahasa

"Bikin interval waktu bang, toleransi turun Kombesmu itu kapan? Jika ra jelas, skip, musnahkan. Lalu sesuai rencana saja kita cairkan, tembak Mabes," kata Teddy membacakan dokumen percakapan Arif dengan Dody.

Arif mengaku tidak mengingat adanya percakapan tersebut.

Lalu Teddy melontarkan pertanyaan terkait sabu yang dijual Dody kepada Linda Pujiastuti.

Baca juga: Irjen Teddy Minahasa Bakal Jadi Saksi Mahkota Bagi AKBP Dody Prawiranegara di Persidangan Awal Maret

"Saudara dengan Dody punya rencana apa terhadap barang sabu ini?"

"Tidak ada," kata Arif.

Bak kehabisan kata, Teddy kemudian hanya berterima kasih atas jawaban Arif tersebut.

Kemudian dia kembali menekankan adanya rencana Dody untuk mengurus kenaikan pangkat.

"Terima kasih. Padahal di sini jelas mengurus pangkat menjadi Kombes Pol dan langsung berhubungan dengan Mabes," ujarnya.

Baca juga: Irjen Teddy Minahasa Mangkir dari Persidangan Kasus Narkoba

Sebelumnya, soal pencairan dan rencana AKBP Dody yang mengincar kenaikan pangkat juga dibeberkan Hotman Paris, pengacara Teddy Minahasa dalam persidangan yang sama.

Dia menggunakan barang bukti berupa hasil analisis digital forensik yang dilakukan tim penyidik Polda Metro Jaya.

"Di sini anda mengatakan: terkait pemusnahan, kita interval waktu toleransi sesudah turun Kombesmu nanti dari Mabes. Nanti begitu sudah cair, tembak Mabes," kata Hotman Paris pada Kamis (23/2/2023).

"Itu dari anda ya? Tembak Mabes itu maksudnya sogok Mabes?" kata Hotman lagi.

Atas pertanyaan Hotman itu, Arif membantah bahwa maksud menembak Mabes adalah menyogok.

"Bukan pak," ujarnya.

Namun dia mengakui bahwa pernyataan itu datang dari dirinya.

"Itu komunikasi saya dengan Pak Dody. Itu nomor komunikasi saya dengan Anita," kata Arif.

Sebagai informasi, keterangan Arif ini disampaikan sebagai saksi mahkota atas terdakwa Irjen Teddy Minahasa.

Irjen Teddy Minahasa sendiri merupakan satu dari tujuh terdakwa yang telah ditetapkan dalam perkara peredaran narkotika jenis sabu.

Sabu tersebut merupakan barang bukti dari pengungkapan kasus narkoba oleh Polres Bukittinggi dengan berat kotor 41,3 kilogram.

Dalam dakwaan kasus ini terungkap bahwa Teddy Minahasa dua kali meminta AKBP Dody Prawiranegara sebagai Kapolres Bukittinggi untuk menyisihkan sebagian barang bukti sabu.

Upaya terakhir dilakukan Teddy pada 20 Mei 2022 saat dia dan Dody menghadiri acara jamuan makan malam di Hotel Santika Bukittinggi.

Saat itu Tedy meminta agar Dody menukar 10 kilogram barang bukti sabu dengan tawas.

Meski sempat ditolak, pada akhirnya permintaan Teddy disanggupi Dody.

Pada akhirnya ada 5 kilogram sabu yang ditukar tawas oleh Dody.

Kemudian Teddy Minahasa sempat meminta dicarikan lawan saat hendak menjual barang bukti narkotika berupa sabu.

Permintaan itu disampaikannya kepada Linda Pujiastuti alias Anita Cepu sebagai bandar narkoba.

Dari komunikasi itu, diperoleh kesepakatan bahwa transaksi sabu akan dilakukan di Jakarta.

Kemudian Teddy meminta mantan Kapolres Bukittinggi, AKBP Dody Prawiranegara untuk bertransaksi dengan Linda.

Kemudian Linda menyerahkan ke mantan Kapolsek Kali Baru, Tanjung Priok Kompol Kasranto.

Lalu Kompol Kasranto menyerahkan ke Aiptu Janto Parluhutan Situmorang yang juga berperan menyerahkan narkotika tersebut ke Muhamad Nasir sebagai pengedar.

"28 Oktober terdakwa bertemu saksi Janto P Situmorang di Kampung Bahari. Saksi Janto P Situmorang memberikan rekening BCA atas nama Lutfi Alhamdan. Kemudian saksi Janto P Situmorang langsung menyerahkan narkotika jenis sabu kepada terdakwa," ujar JPU saat membacakan dakwaan Muhamad Nasir dalam persidangan Rabu (1/2/2023).

Akibat perbuatannya, para terdakwa dijerat Pasal 114 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana subsidair Pasal 112 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini