"Itu cukup murah tapi juga lelah sekali karena memang kita memakai konsultan yang menyatakan memang ada money politik. Tapi tidak berpengaruh besar sebenarnya yang paling berpengaruh adalah pertemuan untuk meyakinkan," jelasnya.
Lucky Hakim melanjutkan bahwa ketika ia datang ke Indramayu popularitasnya sudah 70 persen. Tinggal ia meningkatkan elektabilitasnya.
"Secara metodologi yang bisa diukur popularitas saat saya pertama datang ke Indramayu itu sudah di atas 70 persen. Lalu bagaimana dikaitkan dengan elektabilitas maka saya melakukan pertemuan-pertemuan," kata Lucky Hakim.
Menurutnya hal yang bisa memberikan elektabilitas yang tinggi yakni pertemuan langsung dengan masyarakat.
"Betul bahwa pertemuan itu sangat signifikan berubah sekali. Kalau saya berkontribusi atau tidak tentu kita semua berkontribusi tetapi tidak mungkin tiba-tiba karena saya artis dan tidak bisa apa-apa justru karena artis popularitas itu sebagai pintu," jelasnya.
Mantan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Masa jabatan 2014 hingga 2018 itu mengungkapkan bahwa sebelum tahu orang pintar atau bodoh itu harus kenal dahulu.
"Sebelum kita tahu orang itu pintar atau bodoh maka kita kenal dulu atau tidak jadi saya punya basicnya dikenal dulu baru setelah itu pertemuan orang suka atau tidak. Alhamdulillah setelah ketemu makin suka," tuturnya.