Laporan Wartawan Tribunnews.com, Igman Ibrahim
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pertamina Patra Niaga membela diri saat disinggung kebakaran Depo Pertamina Plumpang bukan kali pertama terjadi.
Kejadian ini pernah terjadi pada 2009 silam.
Diketahui, kebakaran yang terjadi pada Jumat 3 Maret 2023 tersebut bukan yang pertama kali yang melanda Depo Pertamina Plumpang.
Kebakaran juga melanda Depo 24 yang menampung 5.000 KL premium pada 17 Januar 2009 lalu.
Coorporate secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting menyampaikan bahwa kondisi kebakaran pada hari ini dengan tahun 2009 lalu dinilai berbeda.
Baca juga: Kapolri Ungkap Ada 12 Jenazah Korban Kebakaran Depo Pertamina Plumpang yang Belum Teridentifikasi
"Kalau dilihat kondisi seperti itu agak berbeda dengan kondisi tahun 2009 lalu. Terbakar di dalam, kalau ini lebih banyak dampak keluar pemukiman," ujar Irto Ginting saat mengunjungi posko DVI post mortem RS Polri Kramat Jati pada Sabtu (4/3/2023).
Irto Ginting pun ditanya apakah ada strelisasi area dalam Depo Pertamina Plumpang.
Menurutnya, strelisasi area sejatinya sudah telah dilakukan.
Baca juga: Tim DVI Polri Sudah Terima 10 Sampel DNA Keluarga Korban Kebakaran Depo Pertamina Plumpang
"Tentunya ada border zone harusnya di masing-masing terminal itu harusnya ada. Nanti ya rinciannya," jelas Irto Ginting.
Namun begitu, Irto menyerahkan proses investigasi kebakaran Depo Pertamina Plumpang itu kepada aparat penegak hukum.
"Evaluasi kami akan dilakukan investigasi aparat pengak hukum kami akan ikuti proses tersebut," katanya.
Gangguan Teknis Sebelum Kebakaran
Sementara itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkap sempat ada gangguan teknis saat pengisian bahan bakar Pertamax di Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara.
Hal itu terjadi sebelum peristiwa kebakaran yang melanda hingga dilaporkan mengakibatkan belasan orang meninggal dunia pada Jumat (3/3/2023).
"Bisa kita jelaskan kejadian kemarin kurang lebih jam 20.00 Wib sedang terjadi pengisian penerimaan minyak jenis pertamax dari Balongan diterima di Depo Plumpang," kata Listyo kepada wartawan di Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara Sabtu (4/3/2023).
Baca juga: Alami Luka Bakar Hampir 100 Persen, 1 Pasien Wanita Korban Kebakaran Depo Plumpang Meninggal di RSPP
"Kemudian terjadi suatu gangguan teknis yang kemudian mengakibatkan tekanan berlebih. setelah itu di dapat terjadi peristiwa terbakar," sambungnya.
Meski begitu, Listyo mengatakan temuan awal itu belum bisa disimpulkan sebagai penyebab kebakaran.
Hingga saat ini, tim gabungan Bareskrim Polri dan Polda Metro Jaya masih melakukan investigasi untuk mengungkap penyebab pasti kebakaran tersebut.
"Nah tentunya untuk mencari tahu sumber apinya ini masih dilakukan pendalaman. Saat ini masih kita lakukan pemeriksaan saksi-saksi, CCTV, dan hal-hal yang kita perlukan yang sifatnya sangat teknis," ujarnya.
Penyelidikan dilakukan dengan metode scientific investigation atau metode ilmiah untuk mengungkap kemungkinan adanya kebocoran atau gangguan lainnya dalam peristiwa itu.
"Kemudian mengakibatkan peristiwa terbakar, ataukah ada kebocoran, ataukah ada hal lain. Kita akan dalami dengan investigasi yang jelas nanti pada waktunya setelah investigasi selesai semua akan dijelaskan," ucapnya.
Seperti diketahui, Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara kebakaran pada Jumat (3/3/2023) malam.
Dari informasi yang diterima pemadam kebakaran, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 20.16 WIB.
Adapun objek yang terbakar berawal dari pipa bensin pertamina yang diduga akibat sambaran petir.
Korban Dibawa ke RS Polri
Sebanyak 15 jenazah korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara sudah diserahkan ke RS Polri Soekanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (4/3/2023).
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan belasan korban itu diserahkan ke tim DVI di RS Polri.
"Untuk yang saya terima data sejauh ini sampai semalam 14, hari ini tadi ada 15 sampai siang," kata Trunoyudo kepada wartawan di Kampung Tanah Merah Bawah, Jakarta Utara, Sabtu (4/3/2023).
Trunoyudo menyebut jenazah tersebut dibawa untuk diidentifikasi oleh Tim DVI. Nantinya, proses identifikasi dilakukan dengan pencocokan dan penelitian.
"Namun demikian, tugasnya adalah DVI tim kedokteran nanti membentuk posko yang ada di RS Soekanto. Korban bisa dilihat disana untuk identifikasi jenazah," ucapnya.