Ia pun meminta agar tawaran itu dibagi dengan warung lainnya.
"Tolong dibagi warung. Yang (dari) tiga (mandor) dibagi warung dekat bengkel," imbuh Dian.
Buntut utang ratusan juta yang ditinggalkan para mandor begitu saja, kini Dian harus menjual perhiasannya demi menyambung hidup.
"Ya sedikit demi sedikit. Apa yang ada dijual dulu. Yang punya perhiasan dijual dulu untuk gali lubang tutup lubang," pungkasnya.
Gibran meradang
Terkait permasalahan pemilik warung dengan mandor proyek Masjid Syekh Zayed, Wali Kota Solo, Gibrak Rakabuming Raka, buka suara.
Menurut Gibran, PT Waskita yang merupakan kontraktor dari masjid tersebut ternyata telah memenuhi kewajibannya.
Untuk itu, Gibran menduga permasalahan tersebut ada di mandor.
"Wis ditelepon, mandore sing salah (Sudah ditelepon, mandornya yang salah). Ya enggak tahu itu (salah) mandore atau dari sub-vendor," ujar Gibran, Kamis, dikutip dari laman TribunSolo.
Diakui Gibran, ia bahkan sudah mengantongi nama mandor yang diduga berutang ke Dian.
Meski begitu, ia belum akan membawa permasalahan utang ini ke jalur hukum.
Ia masih menunggu pertanggungjawaban dari para mandor yang berutang.
"Dirampungke koyo cah lanang (diselesaikan seperti laki-laki). Ngebon nganti satus yuto (utang sampai seratus juta). Ojo ditiru (jangan ditiru)," ungkapnya.
"Yo tak parani wonge (Saya datangi orangnya). Itu kan warga kita. Warga asli Gilingan."