Laporan Reporter Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Jawa Barat Ace Hasan Syadzily mengungkap, tantangan politik di Indonesia pada masa mendatang.
Kata dia, kondisi perpolitikan Indonesia akan mengalami penurunan minat karena berdasarkan hasil penelitian terbaru yang diinformasikan dirinya, hanya ada sekitar 1,1 persen anak muda dari 120 jiwa yang tertarik pada politik.
Keterangan itu disampaikan Ace dalam agenda diskusi bertajuk Golkar dan Partai Tengah; Dialektika Partai Golkar dalam Transformasi Publik yang digelar oleh Golkar Institute.
"Salah satu di antara yang banyak diberitakan adalah ada 120 juta pemilih di tahun 2024 hanya 1,1 persen yang tertarik dengan politik anak-anak muda ini," kata Ace dalam sambutannya, di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta Barat, Selasa (28/3/2023).
Baca juga: Airlangga Gulirkan Wacana Koalisi Besar, Pengamat: Posisi Golkar Strategis Tentukan Arah Politik
Kondisi tersebut yang menurut Ace akan menjadi tantangan khusus bagi Partai Golkar.
"Ini tentu tantangan bagi partai Golkar untuk bagaimana kita bisa meraih simpati anak muda," kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengurus Golkar Institute tersebut.
Dalam agenda diskusi ini, Golkar juga turut membagikan informasi mengenai sejarah terbentuknya Partai Golkar.
Adapun pembicara yang dihadirkan oleh Golkar Institute yakni seorang akademisi dari University New South Wales, Australia, Prof. David Reeve yang telah melakukan penelitian perihal sejarah Partai Golkar.
Baca juga: Airlangga Hartarto Instruksikan Fraksi Golkar DPR Taruh Fokus untuk Pembahasan RUU RPJMN
"Tentu kita dari perspektif sejarah, oleh Prof David akan kita bagaimana kita memposisikan kembali partai Golkar dalam konteks transformasi partai politik," tutur dia.
Secara garis besar, dalam kesempatan ini, Ace menjelaskan bahwa sejatinya sejarah Partai Golkar merupakan partai yang mengedepankan karya kekaryaan.
Hal itu bahkan tertuang dalam salah satu slogan Golkar Institute yakni Opus Operis yang artinya karya kekaryaan.
"Karena itu apa yang dilakukan di Golkar Institute lebih banyak bagi upaya kita memberikan pemahaman tentang pendidikan tentang bagaimana memiliki kapasitas di bidang pemerintahan dan kebijakan di republik ini," kata dia.