News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kelompok Bersenjata di Papua

4 Prajurit TNI yang Hilang Pasca Serangan KKB di Nduga Ditemukan Tewas

Penulis: Milani Resti Dilanggi
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pilot pesawat Susi Air Kapten Philip Mark Mertens dan KKB Papua. Prajurit TNI yang gugur akibat serangan kelompok Separatis Teroris (KST) di Nduga Papua bertambah mejadi 4 orang.

TRIBUNNEWS.COM - Prajurit TNI yang gugur akibat serangan Kelompok Separatis Teroris (KST) di Nduga, Papua, bertambah menjadi empat orang. 

Empat prajurit TNI tersebut sebelumnya dinyatakan hilang pasca-kontak tembak pada Sabtu (15/4/2023). 

Informasi tersebut disampaikan Kapendam XVII/Cenderwasih, Kolonel Kav Herman Taryaman.

"Puji syukur berkat dukungan, support dan doa dari semua pihak, bahwa Tim Gabungan TNI Polri berhasil menemukan 4 Prajurit TNI," kata Herman, Rabu (19/4/2023) malam, dikutip dari TribunPapua.com

Herman mengatakan, empat prajurit yang ditemukan tewas tersebut termasuk Pratu Miftahul Arifin.

"Termasuk di dalamnya Pratu Miftahul Arifin yang dalam proses pencarian dengan kondisi meninggal dunia." 

Empat prajurit yang ditemukan itu, kata Herman, atas nama Pratu A, Pratu I, Pratu K dan Prada S.

Mereka ditemukan meninggal dunia dan kini berhasil dievakuasi ke RSUD Timika Kabupaten Mimika. 

Jenazah dievakuasi pada Rabu (19/4/2023) malam sekira pukul 18.45 WIT di heliped Lanud Yohanis Kapiyau Timika. 

"Saat ini keempat prajurit yang gugur tesebut telah dievakuasi ke RSUD Timika Kabupaten Mimika," ujarnya.

Aparat gabungan TNI-Polri juga  diketahui telah berhasil mengevakuasi 16 prajurit selamat. 

Sehingga total prajurit TNI yang berhasil dievakuasi berjumlah 20 orang, empat diantaranya meninggal dunia. 

Pratu Miftahul Arifin Jatuh ke Jurang 15 meter

Sebelumnya, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menyebut satu prajurit gugur atas nama Pratu Miftahul Arifin tewas ditembak KKB hingga jatuh ke jurang sedalam 15 meter. 

Serangan ini dilakukan KKB terhadap 36 prajurit TNI dari Satgas Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 321s aat melakukan operasi pencarian pilot Susi Air, Philips Mark Mahrtens (37), Sabtu (15/4/2023) sore. 

"Salah satu ada yang jadi korban atas nama Pratu Miftahul Arifin, jatuh ke jurang 15 meter," ujar Yudo, Selasa (18/4/2023), dikutip dari YouTube Puspen TNI. 

Kolase foto Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) Pratu Miftahul Arifin gugur akibat serangan Kelompok Separatis Teroris (KST) terhadap prajurit TNI di wilayah Mugi-Mam, Kabupaten Nduga, Papua, Sabtu (15/4/2023) dan pimpinan KKB Egianus Kogoya, yang menjadi dalang penyerangan terhadap Satgas TNI Yonif R 321/GT yang bertugas di wilayah Mugi-Mam, Nduga. Egianus Kogoya, Pimpinan Kelompok Kriminal Bersejata (KKB) di wilayah Kabupaten Nduga, Papua. (Kolase Tribunnews/ist/surya/TribunPapua)

Tak hanya itu, kata Yudo, lima prajurit TNI juga ikut menjadi korban luka karena serangan KKB tersebut. 

Kelima korban luka tersebut, kata Yudo, sudah berhasil dievakuasi dan saat ini tengah menjalani perawatan di rumah sakit. 

"Sampai saat sudah lima personil yang kena tembak, tadi sudah dievakuasi di Timika dan tadi saya sudah lihat sendiri mereka dibawa." 

"Kondisinya semuannya sehat, dari helikopter mereka bisa jalan menuju ambulans untuk menjalani perawatan di rumah sakit di Timika," ujar Yudo. 

Status Operasi Dinaikkan Jadi Siaga Tempur

Buntut penyerangan tersebut, Yudo pun mengambil langkah tegas untuk meningkatkan status operasi menjadi siaga tempur. 

Yudo menyebut, dalam upaya penyelamatan pilot Susi Air pihaknya melaksanakan operasi penegakan hukum dengan pendekatan halus atau soft approach.

Namun, melihat situasi ini dirinya pun memutuskan untuk mengubah operasi itu menjadi siaga tempur.

TRIBUNNEWS.COM, PAPUA - Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono, S.E., M.M. didampingi Kasad Jenderal TNI Dudung Abdurachman, S.E., M.M. saat konferensi perss (konpres) di Lanud Yohanis Kapiyau Timika, Papua, Selasa (18/4/2023). //PUSPEN TNI (TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI)

"Kita tetap melaksanakan operasi penegakan hukum dengan soft approach tetap kita mendahulukan itu, dari awal saya sampaikan itu." 

"Tapi tentunya dengan kondisi yang seperti ini, khususnya di daerah tertentu, kita ubah menjadi operasi siaga tempur,” kata Yudo.

Meski dilakukan peningkatan operasi militer, pendekatan soft approach dan humanis yang diwujudkan dalam operasi teritorial dan komunikasi sosial di Papua terus berlanjut. 

"Selama ini kan kita operasi teritorial, komunikasi sosial tetap dilaksanakan, tapi kalau menghadapi seperti ini kita harus melaksanakan siaga tempur," tegasnya. 

(Tribunnews.com/Milani Resti) (TribunPapua.com/Roy Ratumakin)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini