TRIBUNNEWS.COM - Hari Puisi Nasional diperingati setiap tanggal 28 April.
Tahun ini, Hari Puisi Nasional jatuh pada besok Jumat (28/4/2023).
Hari Puisi Nasional diperingati untuk mengenang wafatnya legenda penyair asal Indonesia, Chairil Anwar.
Dikutip dari ditsmp.kemdikbud.go.id, Chairil Anwar adalah seorang penyair yang telah melahirkan 96 karya, termasuk 70 puisi.
Berkat karya dan dedikasinya di bidang sastra tersebut, Chairil Anwar dinobatkan sebagai pelopor Angkatan 45.
Baca juga: Profil Chairil Anwar, Sastrawan Indonesia yang Wafatnya Diperingati sebagai Hari Puisi Nasional
Banyak karya-karya Chairil Anwar yang sangat terkenal, yang bertema perjuangan seperti "Aku", "Karawang-Bekasi", dan "Diponegoro".
Puisi tersebut menyuarakan perjuangan dari segala penindasan dan kesengsaraan.
Selain itu, untuk tema percintaan dan renungan, beberapa yang terkenal adalah "Senja di Pelabuhan kecil", "Doa", serta "Selamat Tinggal".
Melalui kepribadian dan puisinya, Chairil Anwar telah berjasa dalam pembaharuan puisi di Indonesia.
Baca juga: Puisi Sapardi Djoko Damono Paling Populer: Hujan Bulan Juni, Aku Ingin, Dukamu Abadi
Berikut puisi Chairil Anwar yang berjudul "Aku":
Aku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari Hingga hilang pedih perih
Dan akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Diketahui, pria kelahiran 22 Juli 1922 Medang, Sumatera Utara ini merupakan anak dari pasangan Teoloes bin Haji Manan dan Saleha.
Chairil Anwar pun masih memiliki hubungan persaudaraan dengan Perdana Menteri pertama di Indonesia, Sutan Syahrir.
Pada tanggal 22 April-28 April 1949, Chairil Anwar mengidap penyakit paru-paru dan usus yang membuatnya meninggal dunia di usia 27 tahun.
Sebelum meninggal dunia, Chairil Anwar dirawat di RSCM karena penyakit tifus.
Jenazahnya pun dikebumikan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta pada 29 April 1949, sehari setelah kematiannya.
(Tribunnews.com/Latifah/Pondra Puger)