Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Mayoritas pekerja migran Indonesia (PMI) ilegal masuk ke Malaysia melalui jalur resmi seperti bandara dan pelabuhan.
Duta Besar RI untuk Malaysia Hermono menyebut, mereka awalnya mengaku sebagai wisatawan.
Baca juga: Berangkatkan 200 PMI ke Korsel di Hari May Day, Kepala BP2MI Harap Tak Ada Lagi Penindasan Pekerja
Ia pun menipis anggapan, banyak PMI ilegal masuk ke negeri Jiran melalui jalur-jalur tikus.
"Selalu argumentasinya adalah banyak jalur itu. Tetapi kalau kita lihat data PMI ilegal yang ada di shelter sebagian besar sekitar 80 persen mereka masuk Malaysia itu masuk lewat bandara melihat Pelabuhan, dia punya paspor," ungkap dia saat berbincang dengan Tribun Network, Selasa (02/05/2023).
Hermono berujar, jumlah PMI ilegal yang masuk lewat jalur tikus sangatlah kecil.
"Jadi bukan jalur tikus tetapi yang paling banyak masalah yang kita tangani terkait data izin kerja. Mereka yang masuk melalui jalur resmi ini berangkatnya dari bandara Soetta. Itu kan argumentasi untuk mencari pembenaran mereka yang bermain di bidang ini," terang dia.
Karena itu, ia pun mendesak agar pencegahan di dalam negeri diperketat, dimulai saat pembuatan paspor.
Baca juga: Mekanisme Rancangan Aturan Bea Masuk Barang Bagi PMI, BP2MI Sebut Dibebaskan Rp 23 Juta
Banyak PMI ilegal yang berangkat ke Malaysia mengaku sebagai wisatawan.
"Masuk akal enggak? bagaimana orang dari NTT dari kampung dari Banyuwangi dari kampung tiba-tiba saya mau berwisata ke Malaysia. Bgaimana orang dari kampung-kampung dari pelosok-pelosok Desa tiba-tiba mau berwisata ke luar negeri yang dibiarkan saja," urai dubes yng menjabat 2,5 tahun ini.
Kedepan, Hermono berharap pihak Imigrasi dapat selektif dalam menerbitkan paspor
Baca juga: PMI Sebut Banyak Pemudik di Pelabuhan Ciwandan Alami Kelelahan
"Wawancara diproses di imigrasi waktu bikin paspor itu pasti bilangnya mau berwisata tapi ini kan sebetulnya kita bisa mudah dengan membedakan dengan mudah mana sih orang yang mau berwisata beneran ya atau orang yang mau bekerja di luar negeri secara ilegal. Apakah demikian sulit membedakan mana wisatawan yang asli? Bagaimana melindungi WNI kita kalau dibiarkan saja berangkat. Itu memang menjadi PR besar kita. Pencegahan dengan baik maka kasus kekerasan tidak terus berulang," harapnya.