News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hari Kebangkitan Nasional

Penyebab Boedi Oetomo Dibubarkan setelah Jadi Pelopor Kebangkitan Nasional

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendiri organisasi Boedi Oetomo. Kelahiran Boedi Oetomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei. Berikut ini penyebab bubarnya Boedi Oetomo pada tahun 1935.

TRIBUNNEWS.COM - Simak alasan bubarnya Boedi Oetomo, pelopor organisasi nasional yang hari lahirnya diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Boedi Oetomo adalah sebuah organisasi kepemudaan yang berdiri pada tanggal 20 Mei 1908 di Jakarta.

Organisasi Boedi Oetomo didirikan oleh dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA yang terinspirasi dari gagasan dr. Wahidin Soedirohusodo.

Menurut dr. Wahidin, jika suatu bangsa sudah cerdas, maka akan banyak wawasan yang timbul sehingga bangsa Indonesia tidak akan mudah diadu domba dan diatur oleh pihak penjajah.

Hal inilah yang menjadi dasar untuk melanjutkan misi dan keinginan yang sama.

Namun, Boedi Oetomo dibubarkan pada tahun 1935 karena beberapa alasan.

Baca juga: Tema Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2023, Lengkap dengan Link Logonya

Penyebab Boedi Oetomo dibubarkan

Sejak tahun 1930, Boedi Oetomo membuka keanggotaannya untuk semua bangsa Indonesia.

Dalam bidang politik, Boedi Oetomo memiliki cita-cita untuk mewujudkan Indonesia merdeka.

Sehingga, Boedi Oetomo telah berkembang menjadi sebuah organisasi dengan sifat dan tujuan nasionalisme.

Berikut ini beberapa penyebab bubarnya Boedi Oetomo, dikutip dari buku Modul Pembelajaran XIII Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan Kelas XII Semester Ganjil 2020/2021.

Tokoh pendiri Boedi Oetomo dr-Soetomo. (ist)

Baca juga: Twibbon Kartu Ucapan Hari Kebangkitan Nasional 2023, Beserta Cara Buat dan Bagikan ke Medsos

1. Kebijakan politik Belanda

Pada dekade ketiga di abad 20, kondisi sosio-politik makin matang.

Boedi Oetomo mulai mencari orientasi politik yang mantap dan mencari massa yang lebih luas.

Namun, kebijakan politik yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda, khususnya tekanan terhadap pergerakan nasional, membuat Boedi Oetomo mulai kehilangan wibawa.

Sehingga terjadilah perpisahan kelompok moderat dan radikal dalam Boedi Oetomo.

2. Perpecahan internal

Perpecahan di dalam tubuh Boedi Oetomo terjadi pada tahun 1908-1909 karena perbedaan keinginan.

Ada pun perbedaan keinginan ini terjadi antara golongan elit birokratis yang bersifat konservatif dengan golongan elit cendekiawan muda yang cenderung bersifat radikal progresif.

Kelompok elit cendekiawan muda menginginkan agar Boedi Oetomo terjun ke dalam bidang politik.

Sedangkan kelompok elit birokratis menginginkan Boedi Oetomo untuk tetap bergerak dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.

Dampak dari konflik itu mengakibatkan kelambanan bagi pertumbuhan Boedi Oetomo selanjutnya.

Selain itu, perpecahan ini mengakibatkan berdirinya perkumpulan-perkumpulan lain yang terjun ke dunia politik.

Sehingga, Boedi Oetomo sendiri pada akhirnya terjun juga ke dalam dunia politik secara terbuka, dikutip dari Repository Universitas Jember.

3. Kurang mendapat dukungan dari masyarakat

Organisasi ini awalnya bergerak di bidang pendidikan dan kebudayaan.

Boedi Oetomo pun kurang mendapat dukungan dari masyarakat karena keberadaannya dalam politik tidak terlalu penting.

Secara resmi, Boedi Oetomo dibubarkan pada 1935.

dr. Wahidin Soedirohusodo, Pendiri Organisasi Budi Utomo (Tribunnewswiki.com)

Baca juga: Sejarah Berdirinya Boedi Oetomo sebagai Organisasi Tonggak Kebangkitan Nasional

Tujuan Boedi Oetomo tidak maksimal karena beberapa hal berikut ini:

1. Adanya kesulitan finansial

2. Adanya sikap Raden Adipati Tirtokusumo yang lebih memperhatikan kepentingan pemerintah kolonial dari pada rakyat

3. Lebih memajukan pendidikan kaum priyayi dibanding rakyat jelata

4. Keluarnya anggota dari golongan mahasiswa

5. Bahasa Belanda lebih menjadi prioritas utama dibandingkan dengan Bahasa Indonesia

6. Priyayi lebih mementingkan jabatan dibandingkan jiwa nasionalisnya.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Hari Kebangkitan Nasional

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini