TRIBUNNEWS.COM - Tanggal 24 Mei diperingati sebagai Hari Kesadaran Skizofrenia Sedunia.
Skizofrenia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka waktu panjang.
Gangguan tersebut menyebabkan penderita mengalami halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.
Skizofrenia merupakan gangguan mental yang dapat menyerang mulai dari anak-anak sampai lansia.
Dikutip dari sumbarprov.go.id, data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1 persen populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.
75 persen penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun.
Baca juga: Butuh Perawatan Seumur Hidup, Kenali Gejala Gangguan Mental Skizofrenia
Penderita skizofrenia pada umumnya mengalami kesulitan untuk membedakan antara kenyataan dengan pikiran yang ada.
Gejala Skizofrenia
Gejala awal skizofrenia pada umumnya muncul di masa remaja.
Dikutip dari jogjakota.go.id, berikut adalah gejala awal skizofrenia, yakni:
- Mudah menjadi marah dan depresi.
- Cenderung mengasingkan diri dari lingkungan sekitar orang lain.
- Terjadinya perubahan pola tidur.
- Kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah.
- Kurang konsentrasi dan motivasi.
Baca juga: Mengenal Gangguan Mental Skizofrenia: Pengertian, Gejala dan Langkah Pengobatan yang Tepat
Penyebab Skizofrenia
Penyebab gangguan skizofrenia sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun diketahui terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab skizofrenia, yakni:
1. Pengaruh Neurobiologis
Salah satunya adalah ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak.
2. Faktor genetik
Seseorang dari keluarga penderita skizofrenia, mempuyai risiko 10 persen lebih besar mengalami kondisi yang sama.
Risiko akan menjadi 40% lebih besar bila kedua orang tua sama-sama menderita skizofrenia.
3. Faktor kimia otak
Penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kadar dopamin dan serotonin berisiko menimbulkan skizofrenia.
Dopamin dan serotonin adalah bagian dari neurotransmitter, zat kimia yang berfungsi mengirim sinyal antar sel-sel otak.
4. Komplikasi kehamilan dan persalinan
Sejumlah kondisi yang terjadi pada masa kehamilan diduga berisiko menyebabkan skizofrenia pada anak yang dilahirkan.
Di antaranya adalah kekurangan nutrisi, paparan racun dan virus, preeklamsia, diabetes, serta perdarahan dalam masa kehamilan.
Komplikasi saat persalinan, juga berisiko menyebabkan skizofrenia pada anak.
Misalnya kekurangan oksigen saat dilahirkan (asfiksia), berat badan lahir rendah, dan lahir prematur.
Stress merupakan factor psikologis paling utama yang dapat memicu skizofrenia setelah timbulnya faktor risiko yang telah disebutkan di atas.
Penyalahgunaan NAPZA, seperti kokain, ganja, amfetamin, juga dapat memicu skizofrenia pada orang dengan faktor risiko di atas.
Baca juga: Mengenal 7 Jenis Gangguan Mental: dari Bipolar, OCD, hingga Skizofrenia
Pengobatan Skizofrenia
1. Obat
Untuk menangani halusinasi dan delusi, dokter akan meresepkan obat antipsikotik dalam dosis seminimal mungkin.
Antipsikotik bekerja dengan menghambat efek dopamin dan serotonin dalam otak.
2. Psikoterapi untuk penderita skizofrenia bertujuan agar penderita dapat mengendalikan gejala yang dialaminya.
Terapi ini akan dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan.
(Tribunnews.com, Widya)