"Lalu yang paling penting adalah kemampuan menghindari terjadinya praktik buruk dan kekerasan yang tidak patut (improper violence) oleh prajuritnya di medan operasi di Papua," ujarnya.
Khairul pun menjelaskan, propaganda pemerintah terkait KKB yang dilabeli sebagai eksremis, jahat,dan pengacau masih kalah dengan propaganda dari KKB sendiri yang melabeli organisasinya sbagai wujud perjuangan pembebasan Papua dari Indonesia.
"Jadi di masa lalu, propaganda kita bahwa KKB ini adalah ekstremis jahat pengacau keamanan yang harus dibasmi agar kedamaian hadir di Papua, dapat disimpulkan belum mampu membendung propaganda lawan bahwa yang mereka lakukan adalah perlawanan atas penindasan, ketidakadilan, pembodohan, dan merupakan perjuangan untuk membebaskan warga," paparnya.
Baca juga: 2 Kali Kontak Tembak Aparat dengan KKB di Nduga Papua: 2 Orang Ditangkap, 156 Warga Mengungsi
Di sisi lain, Khairul menduga pembelotan oleh prajurit TNI dimungkinkan lantaran adanya pergulatan batin yang luar biasa selama melakukan operasi.
Keadaan tersebut, sambungnya, dapat menjadi sasaran empuk dari lawan untuk menyerang psikologis dari prajurit TNI tersebut.
Dengan kondisi tersebut, Khairul pun meminta agar Mabes TNI mampu membentengi para anggotanya mental ideologis.
"Harus mampu meyakinkan prajuritnya bahwa kekerasan yang mereka lakukan itu sepenuhnya layak dan para pelaku kejahatan memang harus ditumpas," jelasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Kelompok Bersenjata di Papua