News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hari Raya Waisak

Tri Suci Waisak, 3 Peristiwa Penting dalam Hari Raya Waisak bagi Umat Buddha

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Biksu Buddha memimpin doa untuk merayakan hari Waisak di Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah pada 16 Mei 2022. (Photo by JUNI KRISWANTO / AFP) - Berikut ini pengertian Tri Suci Waisak yang memuat tiga peristiwa penting di Hari Raya Waisak.

TRIBUNNEWS.COM - Tri Suci Waisak adalah tiga peristiwa penting yang diperingati pada Hari Raya Waisak bagi umat Buddha.

Hari Raya Waisak dilatarbelakangi oleh tiga peristiwa Buddha Gautama, mulai dari kelahiran, penerangan, hingga mencapai Buddha.

Tiga peristiwa itu disebut Tri Suci dalam Hari Raya Waisak yang diputuskan dalam World Fellowship of Buddhists di Sri Lanka pada 1950.

Penamaan Hari Raya Waisak sendiri berasal dari bulan penanggalan India kuno yang disebut Vesak, Wesak, atau Vesakha.

Selengkapnya, simak tiga peristiwa Tri Suci Waisak di bawah ini dikutip dari BPK Penabur danThe United Nations Day of Vesak Australia.

Baca juga: Ucapan Hari Raya Tri Suci Waisak 2023 dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia

1. Lahirnya Siddharta Gautama

Siddharta Gautama merupakan putra Raja Sudodhana dan Ratu Mahmaya.

Siddharta Gautama lahir di Taman Lumbini pada tahun 623 sebelum Masehi.

Lahirnya Siddharta Gautama ini untuk menjadi seorang Bodhisattva, calon Buddha yang akan mencapai kebahagiaan tertinggi.

Kisah-kisah seputar kelahiran Buddha sudah terkenal.

Di antaranya, mimpi keberuntungan Ratu Maya tentang gajah putih dan dia melahirkan di Taman Lumbini dalam perjalanan ke rumah ayahnya sesuai tradisi.

Semua aliran Buddha tampaknya setuju Sang Buddha dilahirkan dengan ingatan lengkap akan inkarnasi sebelumnya.

2. Siddharta Gautama Mencapai Penerangan Agung

Gambar yang diambil pada 12 Juli 2013 ini menunjukkan Buddha Tian Tan, juga dikenal sebagai Buddha Besar, di pulau Lanteau, Hong Kong. PHILIPPE LOPEZ / AFP (PHILIPPE LOPEZ / AFP)

Baca juga: Detik-Detik Waisak dan Jadwal Waisak di Candi Borobudur Hari Ini, 4 Juni 2023

Ketika Siddharta Gautama berusia 29 tahun, ia meninggalkan istana untuk mencari kebebasan dari umur tua, sakit, dan mati.

Siddharta Gautama mencapai Penerangan Agung pada Purnama Sidhi bulan Waisak pada tahun 588 sebelum Masehi.

Ia kemudian mendapat gelar sebagai Buddha.

Kata Penerangan adalah terjemahan bahasa Indonesia dari Pali atau Bodhi (Sansekerta).

Penerangan menandakan kemahatahuan, pengetahuan tanpa batas, pencapaian tingkat kesadaran tertinggi dan kebebasan dari rintangan yang mendistorsi persepsi.

Dalam kotbah pertama dari kumpulan Majjhima Nikāya, Sang Buddha berkata Beliau telah mencapai kondisi kognitif ini dengan membebaskan dirinya dari semua keinginan.

Buddha tidak lagi menginginkan apapun atau terikat pada apapun, sehingga bebas untuk melihat dunia sebagaimana adanya.

Dengan kata lain, kita tidak dapat melihat dunia dengan jelas, jika persepsi kita diselimuti oleh keinginan.

3. Pencapaian Parinibbana

Biksu Buddha mengunjungi Candi Borobudur jelang hari raya Waisak di Magelang, Jawa Tengah, 1 Juni 2023. DEVI RAHMAN/AFP (DEVI RAHMAN/AFP)

Baca juga: Rayakan Festival Lampion Waisak 2023 di Candi Borobudur, Simak 5 Tips ala Tokopedia Berikut

Siddharta Gautama wafat pada usia 80 tahun di Kusinara pada tahun 543 sebelum Masehi.

Kematiannya ini merupakan pencapaian Parinibbana.

Pengikut Siddharta Gautama melakukan sujud sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada Buddha.

Parinibbana berkaitan dengan hari-hari terakhir Sang Buddha dan instruksi terakhirnya kepada murid-muridnya.

Dalam Mahāparinibbāna Sutta, disebutkan Buddha bertanya kepada para bhikkhu yang berkumpul, apakah mereka memiliki pertanyaan terakhir tetapi tidak ada jawaban.

Buddha mengatakan, hal ini karena para Bhikkhu tidak memiliki keraguan atau ketidakpastian.

Sang Buddha lalu memberi tahu para bhikkhu, mereka harus 'hidup sebagai pulau' hanya dengan Dharma sebagai perlindungan mereka.

Para bhikkhu tidak memiliki pertanyaan lagi karena mereka telah belajar dari teladannya bagaimana menemukan tempat berlindung di dalam diri mereka sendiri, di mana mereka dapat bebas dari kebutuhan dan keinginan.

Tiga peristiwa penting itu kemudian menjadi poin utama dalam perayaan Hari Raya Waisak.

Hari Raya Waisak secara resmi diakui oleh World Fellowship of Buddhists sebagai perayaan internasional hari kelahiran Buddha pada tahun 1950. 

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Artikel lain terkait Hari Raya Waisak

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini