News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ibadah Haji 2023

Jemaah Haji Lansia Indonesia Rentan Terkena Demensia, Ini Cara Mencegahnya

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Erik S
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penanggungjawab layanan psikiatri di KKHI Makkah dr Erih Williasari Sp KJ

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Jemaah haji Indonesia rentan terkena dimensia atau pikun.

Diketahui, demensia adalah kondisi menurunnya cara berpikir dan daya ingat seseorang yang biasanya terjadi pada lansia usia 65 tahun ke atas.

Baca juga: Tiba di Makkah, Jemaah Lansia Setiap Hari Mendapat Bimbingan dari Petugas Haji

Karena itu ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi sindrom tersebut. 

"Sindrom itu, biasanya datangnya dari kondisi fisik dan psikis yang melemah," ujar Penanggungjawab layanan psikiatri di KKHI Makkah dr Erih Williasari Sp KJ seperti dikutip Senin (05/06/2023).

Ia menuturkan, demensia terutama timbul dari lingkungan yang kurang nyaman. 

"Jadi sikonnya harus mendukung, atau supporting system-nya harus bagus," kata dia.

Erih menuturkan, sebelum berangkat jemaah haji harus diberikan pemahaman dan penggambaran yang jelas ketika beribadah wajib maupun sunah dalam rangkaian haji.

Baca juga: Jemaah Lansia Disarankan Tak Paksakan Salat Berjamaah di Masjid Nabawi, Ini Cara Petugas Membujuknya

"Ini supaya tidak terjadi shock culture," ucap dr Erih.

Erih mengisahkan, saat ini KKHI sedang l merawat pasien, seorang wanita paruh baya yang tetiba suka mengamuk tanpa sebab, karena selama menjalani ibadah haji, karena aturan berhaji, harus dipisahkan dari suami tercintanya.

Karena itu, pasien demensia harus dijelaskan sedetilnya tentang sebuah hal yang akan dijalaninya agar tidak menemui pemahaman yang keliru.

"Seperti memberikan edukasi kepada anak-anak. Kuncinya ciptakan lingkungan yang nyaman. Karena pengobatan jiwa membutuhkan pendekatan psiko terapis. Dibutuhkan juga psiko terapis supportif, atau pendampingan psikiater kepada lingkungan pasien," katanya lebih lanjut.

Dia menjelaskan, secara psikologis atau kejiwaan penanganan pasien gangguan jiwa akan mudah dilakukan jika pasien mau dan mampu membuka diri tentang apa yang tidak membuatnya nyaman. 

Baca juga: Puskes Haji Minta Jemaah Lansia Tak Paksakan Ibadah di Luar Ruangan

"Jadi harus mau curhat, mau speak up, membuka diri. Dan kita harus menjadi kawan yang penuh empati kepada pasien, agar terjalin komunikasi, selanjutnya sembari mengasup obat yang diberikan, beban jiwa pasien akan tertanggulangi dengan sendirinya," katanya.

Adapun faktor yang menyebabkan gangguan tersebut diantaranya depresi, cemas, dan gangguan penyesuaian.

 "Apalagi tanpa support system dari lingkungannya, akan mempercepat depresi dan kecemasan," urai dr Erih.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini