News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

BMKG Peringatkan Dampak Terbesar Fenomena El Nino yang Diperkirakan Terjadi dalam 3 Bulan Ini

Penulis: Rahmat Fajar Nugraha
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Supari.

Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Supari mengungkapkan bahwa fenomena El Nino diprediksi akan berdampak paling besar terjadi Agustus, September, Oktober 2023.

Adapun untuk awal fenomena El Nino dikatakan Supari terjadi di bulan Juni ini.

"El Lino diprediksi akan mulai terjadi Juni ini. Tetapi yang harus diketahui dampak El Nino ini tidak selalu pada saat awal. Jadi El Nino Juni belum tentu dampaknya Juni. Kita perlu lihat lagi analisis di atmosfirnya," kata Supari di Jakarta Selatan, Selasa (20/6/2023).

Kemudian dikatakan Supari Agustus, September, Oktober bulan yang harus diwaspadai dampak dari fenomena El Nino di Indonesia.

"Tapi kalau dari perkiraan hujan kita, Agustus, September, Oktober, itu tiga bulan yang perlu diwaspadai. Karena banyak daerah mengalami curah hujan di bawah normal. Meskipun El Nino mulainya Juni," sambungnya.

Baca juga: Perhiptani Bicara Pentingnya Kesiapan Penyuluh Pertanian Hadapi Ancaman El Nino dan Krisis Pangan

Supari juga mengungkapkan saat musim hujan tiba dampak El Nino tidak begitu.

"Karena November sudah mulai memasuki musim hujan. Ketika musim hujan terjadi, El Nino dampaknya tidak begitu terasa," sambungnya.

Kemudian Supari juga menyebut bahwa fenomena El Nino bisa menyebabkan potensi kekeringan di Indonesia.

"Indonesia itu disebut kolam hangat jadi laut Indonesia cenderung hangat suhunya sekitar 29 derajat. Tempat yang hangat awan mudah terbentuk. Problemnya saat El Nino laut Indonesia mendingin sehingga kita susah terbentuknya awan" kata Supari.

Dikatakan Supari bahwa menghangatnya suhu Samudera Pasifik menyebabkan awan bergeser. Sehingga curah hujan berkurang.

"Awannya pindah ke Samudera Pasifik karena suhunya menghangat. Lokasi bergesernya pertumbuhan awan itulah yang menyebabkan kita kurang hujan," tegasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini